Selasa 20 Apr 2021 15:23 WIB

UMKM Digital Kunci Pemulihan Ekonomi

Pada 2020, sebanyak empat juta pelaku sudah beralih menggunakan medium digital

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
Pengunjung memindai kode batang pembayaran non tunai di Pasar takjil Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (13/4/2021). Penerapan pembayaran non tunai di pasar takjil itu sebagai upaya digitalisasi transaksi sektor UMKM.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Pengunjung memindai kode batang pembayaran non tunai di Pasar takjil Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (13/4/2021). Penerapan pembayaran non tunai di pasar takjil itu sebagai upaya digitalisasi transaksi sektor UMKM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah menyebut pelaku UMKM di Indonesia memiliki kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan (resiliensi). Hal ini menyusul dampak dari merebaknya wabah global Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis 2020 dari total jumlah 64 juta pelaku UMKM, sebanyak 500 ribu yang usahanya dipaksa tutup. Sedangkan, sekitar 30 juta pelaku UMKM dalam negeri pun mengalami penurunan omset yang signifikan. 

Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan survei BPS antara 48 persen memang omsetnya turun akibat adanya pandemi. “UMKM Indonesia memiliki resiliensi yang luar biasa. UMKM punya daya tahan yang luar biasa dan bisa menyelamatkan perekonomian nasional," ujarnya saat acara Diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema UMKM Bangkit Mendukung Pariwisata, Selasa (20/4).

Namun kini, sebagian besar pelaku UMKM dalam negeri melakukan serangkaian adaptasi dalam menghadapi dampak Covid-19 yang masih melanda dunia termasuk Indonesia.

“Dengan cara melakukan perubahan pada produknya misal ada yang dari semula membuat pakaian pesta bisa disesuaikan membuat pakaian rumah,” ucapnya.

Hal ini juga tak terlepas dari dukungan pemerintah mulai dari program restrukturisasi pinjaman, subsidi bunga, subsidi listrik, hibah modal kerja. Dari catatan Bappenas UMKM berhasil melakukan adaptasi dengan situasi baru.  “Dengan daya beli masyarakat yang terbatas, pelaku beradaptasi mengubah produknya misalnya homecare, makanan, kesehatan. Kemampuan adaptasi ini yang luar biasa,” ucapnya.

Dengan melakukan langkah tersebut, katanya, produk yang dihasilkan dapat disesuaikan pada kondisi yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Potensinya, produk tersebut akan dilirik oleh masyarakat di tengah pandemi seperti ini. "Mengubah produknya yang tadinya jualan batik untuk ke pesta sekarang pelaku UMKM memproduksi pakaian rumahan saja," katanya. 

Kemudian, pelaku UMKM juga secara masif beralih dan bertransformasi digital dalam setiap kegiatan dagangnya. Artinya, aktivitas perdagangan yang dilakukannya saat ini dengan memanfaatkan ruang digital, tidak hanya mengandalkan medium konvensional saja. 

Pada 2020, sebanyak empat juta pelaku sudah beralih menggunakan medium digital dalam melakukan aktivitas perdagangan, atau secara elektronik (daring). Dari pelaku di atas, lebih memilih menjajakan produknya melalui pasar digital yang dimiliki oleh banyak aplikasi penjualan daring. 

"Kemampuan adaptasi itu yang luar biasa dengan mulai beradaptasi dengan market baru ke digital. Tahun lalu ada peningkatan empat juta kita yang tertinggi platform digital kita, jadi total yang sudah beralih sekarang 12 juta UMKM," ucapnya.

Para pelaku UMKM di dalam negeri yang berhasil melakukan dua hal tersebut, katanya, diyakini dalam beberapa waktu ke depan akan memiliki peningkatan penghasilan. Sebab, dari data penjualan secara daring meningkat tajam mencapai 26 persen dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. "Yang berhasil melakukan transformasi ke digital, penjualan tahun lalu naik 26 persen," ucapnya.

Sementara Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (AKUMINDO) M Ikhsan Ingratubun menambahkan cepatnya sektor UMKM bangkit dari keterpurukkan akibat pandemi berkat serangkaian kebijakan dan stimulus yang tepat yang diberikan pemerintah. "Stimulusnya ada beberapa yang berdampak langsung, itu saya kira sudah sangat baik," ucapnya.

Ikhsan mencontohkan kebijakan hibah yang menyalurkan sejumlah uang senilai Rp 2,4 juta kepada UMKM yang terdampak. Adapun nilai tersebut dapat membuat para pelaku UMKM tetap bertahan melakukan kegiatan perdagangan di tengah gempuran Covid-19. 

Kebijakan ini menurutnya tanda bukti pemerintah tetap peduli dengan eksistensi para pelaku UMKM di tengah pandemi. Adapun langkah ini dikatakannya menyulut semangat para pelaku untuk tetap bertahan dan tumbuh. "Kita bersyukurlah pemerintah masih tetap memberikan perhatian kepada para pelaku UMKM," ucapnya.

Hal lain lanjutnya kebijakan yang menunda pembayaran hutang dari fasilitas peminjaman keuangan bank bagi para pelaku UMKM. Adapun upaya ini terbukti efektif dalam membuat para pelaku UMKM tetap bertahan selama menghadapi wabah ini. “Kebijakan yang berjalan semenjak Maret 2020 telah berdampak positif bagi pelaku UMKM dalam negeri. Hutang dari bank ditunda, malah diberikan diskon 50 persen ini kebijakan yang bagus," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement