Selasa 20 Apr 2021 14:50 WIB

Proklamasi Kemerdekaan di Bulan Ramadhan

Soekarno sempat sakit panas karena malaria sebelum membacakan teks proklamasi.

Suasana proklamasi kemerdekaan di rumah Sukarno pegangsaan timur 56.
Foto:

Selesai urusan di rumah Nishimura, mereka bergegas ke rumah Maeda. Sebelum diculik para pemuda, Hatta sebenarnya sudah menyiapkan teks proklamasi, tetapi ia lupa membawanya ke rumah Maeda. Maka, pembahasan teks proklamasi dimulai dari awal lagi.

Mereka berkumpul di ruang makan. Selain Soekarno, Hatta, dan Soebardjo, ada pula Maeda, Yoshizumi, Nishijima, dan Miyoshi dari Angkatan Darat tentara Jepang yang diminta datang oleh Maeda. Kehadiran orang dari Angkatan Darat diperlukan karena yang berkuasa di Jawa adalah Angkatan Darat.

Soekarno meminta Hatta menyusun teks karena ia mengetahui Hatta berbahasa baik. Tetapi Hatta meminta Soekarno yang menuliskannya, Hatta mendiktekannya.

Hatta mendiktekan kalimat pertama yang ia ambil dari pembukaan UUD di Piagam Jakarta. Namun karena kalimat itu hanya menyatakan kemauan bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri, Hatta berpandangan mesti ada kalimat tambahan yang menyatakan cara menyelenggarakan revosuli nasional. Ia pun kemudian mendiktekan kalimat: Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Adanya coretan di naskah tulis tangan Soekarno, menunjukkan adanya diskusi di ruang makan itu. Pihak Jepang, menurut Nishijima di buku Jejak Intel Jepang, tak mau ada kata “perebutan kekuasaan” atau “penyerahan kekuasaan”, karena akan menempatkan Indonesia-Jepang saling berhadapan dalam konflik. “Pemindahan kekuasaan” menjadi pengganti. Menurut Nishijima, kata “diusahakan” diganti oleh Soekarno menjadi “diselenggarakan’.

Meski Nishijima mengaku Maeda ikut dalam diskusi penyusunan teks proklamasi, Hatta dan Soetardjo mengaku tak ada Maeda. Soetardjo adalah syucokan (residen) Jakarta, hadir juga di rumah Maeda. Sebelumnya, ia juga berada di Rengasdengklok untuk suatu tugas, dan secara tak sengaja “dipertemukan” dengan Soekarno-Hatta.

photo
Suasana proklamasi kemerdekaan di rumah Sukarno pegangsaan timur 56. - (dok. Istimewa)

Pulang ke Jakarta Soetardjo bersama dengan rombongan Soekarno-Hatta yang dijemput Soebardjo. Jika Hatta menyebut tiba di Jakarta pukul 20.00, Soetardjo menyebut rombongan tiba di Jakarta pukul 21.00. Namun, Nishijima menyebut mereka tiba di Jakarta pukul 23.30, lalu ke rumah Maeda, terus ke rumah Nishimura hingga pukul 01.00.

Nishijima menyebut, sebelum naskah dibawa ke anggota PPKI lainnya, di ruang tengah, Soekarno-Hatta makan sahur terlebih dulu. Tak ada nasi, menu sahur yang disediakan adalah roti, telur, dan ikan sardens.

Para pemuda kurang setuju dengan naskah proklamasi ini. Sukarni bahkan menyerahkan naskah proklamasi yang telah disiapkan.

Naskah ini adalah naskah yang telah dibacakan di Cirebon pada 15 Agustus 1945, yang disusun Sjahrir bersama Sukarni dan beberapa pemuda lainnya di asrama mahasiswa kedokteran mpada 13 Agustus 1945. Teksnya: Bahwa dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Segala badan-badan pemerintahan yang ada harus direbut oleh rakyat dari orang-orang asing yang masih mempertahankannya.

Esok harinya, 18 Agustus, Soekarno hadir di rapat PPKI yang membahas UUD dan memilih Soekarno-Hatta sebagai presiden-wakil presiden. Rapat selesai sore hari, Soekarno pulang dan di tengah jalan bertemu dengan penjual satai ayam keliling.

Tak ada kejelasan soal sudah masuk waktu berbuka puasa atau belum, Soekarno memesan 50 tusuk satai, lalu menyantapnya di tempat. “Kumakan sataiku dengan lahap dan inilah pesta atas pengangkatan sebagai kepala negara,” ujar Soekarno .

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement