Selasa 20 Apr 2021 12:26 WIB

Greta Thunberg Suarakan Ketimpangan Distribusi Vaksin Covid-

Perbandingan negara kaya dan miskin dalam vaksinasi adalah 1: 4 dan 1: 500.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Greta Thunberg.
Foto: AP
Greta Thunberg.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Aktivis iklim Greta Thunberg mendesak pemerintah dan pengembang vaksin untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 secara adil serta merata di seluruh dunia. Aktivis remaja itu menyuarakan keprihatinan terkait distribusi vaksin yang timpang antara negara kaya dan negara miskin.

“Sangat tidak etis bahwa negara-negara berpenghasilan tinggi sekarang memvaksinasi orang-orang muda dan sehat jika itu terjadi dengan mengorbankan orang-orang dalam kelompok berisiko dan di garis depan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata Thunberg, dilansir Aljazirah, Selasa (20/4).

Baca Juga

Thunberg menyumbang 100 ribu euro dari yayasan amalnya kepada Yayasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membantu membeli vaksin Covid-19 bagi 19 negara yang membutuhkan. Terutama negara-negara miskin.

Thunberg mengutip perkiraan bahwa satu dari empat orang di negara berpenghasilan tinggi telah menerima vaksin Covid-19. Sementara pada saat yang sama satu dari 500 orang di negara berpenghasilan menengah dan rendah telah mendapatkan vaksin.

"Komunitas internasional, pemerintah, dan pengembang vaksin harus meningkatkan permainan mereka dan mengatasi tragedi ketidakadilan vaksin,” kata Thunberg.

"Sama dengan krisis iklim, mereka yang paling rentan perlu diprioritaskan dan masalah global membutuhkan solusi global," ujar Thunberg menambahkan.

Menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, jumlah kematian global akibat Covid-19 telah melewati tiga juta pada pekan lalu. Sementara jumlah kasus infeksi virus korona yang dikonfirmasi secara global mencapai 141 juta.

Thunberg mengaitkan antara pandemi dan kerusakan lingkungan, yang menurutnya mempermudah virus berbahaya berpindah dari populasi hewan ke manusia.

“Ilmu pengetahuan menunjukkan kita akan mengalami lebih sering, pandemi yang menghancurkan kecuali kita secara drastis mengubah cara kita, dan cara kita memperlakukan alam. Kita menciptakan kondisi ideal untuk penyakit menular dari satu hewan ke hewan lain dan ke kita,” ujar Thunberg.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kasus Covid-19  meningkat selama delapan minggu berturut-turut di seluruh dunia. Sementara kematian akibat Covid-19 meningkat selama lima minggu berturut-turut.

Tedros menyatakan keprihatinan tentang tingkat yang mengkhawatirkan, dimana Covid-19 menyebar pada mereka yang berusia 25-59 tahun di seluruh dunia. "Butuh sembilan bulan untuk mencapai satu juta kematian, empat bulan untuk mencapai dua juta, dan tiga bulan untuk mencapai tiga juta," ujar Tedros.

Seorang ahli epidemiologi WHO terkemuka, Maria van Kerkhove mengatakan, lonjakan terbaru infeksi Covid-19 di seluruh dunia mencakup peningkatan di antara kelompok usia yang sebelumnya kurang terpengaruh oleh pandemi. Van Kerkhove mengatakan, ada peningkatan tingkat penularan di semua kelompok umur.

"Kami melihat sedikit perubahan usia di beberapa negara, didorong oleh percampuran sosial," ujar Van Kerkhove.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement