Selasa 20 Apr 2021 07:58 WIB

PABOI Evakuasi Pasien Patah Tulang Belakang dari Lembata

Proses evakuasi ini cukup cepat, berkat adanya koordinasi dan persiapan yang baik.

Sebuah kitab suci Alkitab bersama foto pemiliknya berada di antara puing-puing reruntuhan akibat tanah longsor di Desa Waematan, Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Sebuah kitab suci Alkitab bersama foto pemiliknya berada di antara puing-puing reruntuhan akibat tanah longsor di Desa Waematan, Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

REPUBLIKA.CO.ID, NTT -- Delapan dokter orthopaedi yang tergabung dalam Tim Tanggap Bencana Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) hingga kini masih bertugas di lokasi bencana NTT sejak Kamis (8/4)

Menurut dr. I Made Buddy Setiawan, SpOT(K), saat ini mereka sedang membantu melakukan evakuasi pasien yang membutuhkan tindakan yang cukup serius. Salah satu pasiennya seorang perempuan berusia 38 tahun yang merupakan korban dari bencana badai siklon di Lembata, NTT.

Dokter yang tergabung dalam organisasi PABOI dan IOSS/PCI itu mengatakan, pasien ini menderita patah tulang belakang dan luka-luka pada seluruh tubuh akibat terbawa arus banjir. Akibat dari patah tulang belakang ini, korban lumpuh pada kedua kakinya.

"Kondisi ini harus segera dioperasi sehingga peluang pasien untuk bisa berjalan kembali lebih besar," ujarnya kepada media melalui keterangan tertulis, Senin (19/4).

Adapun anak dan keluarga dari pasien sudah ditangani di Rumah Sakit (RS) Lewoleba. Namun untuk operasi tulang belakang membutuhkan alat dan fasilitas yang khusus sehingga mengurangi risiko terjadinya komplikasi pascaoperasi.

Ia menjelaskan, selain patah tulang belakang yang diderita korban, anak perempuannya yang baru berusia delapan tahun harus kehilangan kaki kanannya karena beratnya cedera yang dialami. Anak pasien mengalami patah tulang terbuka pada kaki kanannya. 

Tim dokter sudah berusaha untuk menyelamatkan kakinya dengan operasi yang pertama, namun dalam perkembangannya kakinya mulai menghitam dan infeksi berat sehingga harus diamputasi untuk menyelamatkan nyawa anaknya.

Proses evakuasi ini cukup cepat, berkat adanya koordinasi dan persiapan yang baik antara team dokter orthopaedi di Lembata dengan tim dokter orthopaedi yang bertugas di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka yang menunggu kedatangan pasien, berdasarkan informasi yang disampaikan dr. Lia Marliana, SpOT(K), M.Kes; dr. Herwindo Ridwan, SpOT; dan dr. Helmiyadi Kuswardhana, Sp.OT.

Sementara, Ketua dan Sekretaris Jenderal PABOI, Dr. dr. Edi Mustamsir, SpOT(K) dan dr Adib Khumaidi, SpOT meminta pemerintah dan petugas penanganan bencana agar tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 di area bencana ini. 

"Para tim medis juga harus lebih waspada agar tidak terpapar Covid-19, mengingat masih banyak korban yang belum tertangani dan jumlah tim medis yang terbatas. Tim PABOI saat ini juga membuka bantuan donasi alat medis dan obat-obatan bagi para korban melalui berbagai cabang," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement