Senin 19 Apr 2021 18:04 WIB

Mutasi Baru Corona Picu Larangan Masuk Terhadap Sejumlah Negara

Kemunculan varian baru virus corona meredupkan harapan kelonggaran perjalanan.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Christian Bodlaj/Chromorange/picture alliance
Christian Bodlaj/Chromorange/picture alliance

Mulai 20 April, Hong Kong menghentikan penerbangan udara dari India, Pakistan dan Filipina selama dua pekan. Larangan itu diputuskan pada Minggu (18/4), seperti diumumkan otoritas setempat.

Dikatakan, dari 30 kasus penularan baru pada hari Minggu, 29 di antaranya diimpor dari luar negeri. Saat ini otoritas kesehatan Hong Kong mengaku baru menyalurkan vaksin bagi sekitar 9 persen dari 7,5 juta penduduk.

India, Pakistan dan Filipina kini diklasifikasikan "berisiko sangat tinggi”, menyusul penyebaran varian baru virus corona yang memicu lonjakan dramatis pada angka penularan.

Otoritas Hong Kong terutama mewaspadai varian Afrika Selatan yang saat ini mulai dideteksi di dalam negeri. Selain larangan terbang, warga yang datang dari ketiga negara harus menjalani karantina hotel selama 21 hari, dan tes corona pada hari ke26 setelah kedatangan.

Langkah dramatis itu diambil ketika pemerintah kota kesulitan mengkampanyekan vaksinasi massal. Batasan usia penerima imunisasi kini diperluas menjadi 16 hongga 29 tahun, menyusul lesunya minat warga untuk divaksin.

Mutasi ganda di India

India mencatat rekor lonjakan kasus penularan harian sebesar 273,810 kasus pada Senin (19/4). Saat ini, jumlah total penularan virus corona sudah melampaui angka 15 juta kasus. Angka kematian di India juga bertambah 1,619 pada Senin, menjadi total 178,769 kematian akibat Covid-19.

Gelombang baru wabah corona di India atau Pakistan banyak dipengaruhi penyebaran varian B.1.1.7 asal Inggris. Tapi kemunculan mutasi ganda virus corona di India lah yang memicu kekhawatiran baru.

Kedua mutasi, E484Q dan L452R, yang ditemukan secara terpisah pada varian Inggris dan Afrika Selatan itu, kini untuk pertamakalinya ditemukan dalam satu varian virus corona.

Menurut sebuah penelitian di negara bagian Maharahstra, sebanyak 60% peserta studi mengidap varian baru yang diberi nama B.1.617. Negara bagian paling kaya di India itu mencatatkan lebih dari 68.000 kasus penularan harian, usai pembukaan kembali kegiatan ekonomi dan sosial bulan Februari silam.

Akibat kemunculan tersebut, Eropa kini sedang mempertimbangkan pembatasan perjalanan ke India. Varian itu dikhawatirkan bisa menihilkan upaya pemulihan melalui program vaksinasi massal. Di Inggris, akademisi dan epidemiologis mendesak pemerintah menempatkan India di dalam daftar larangan masuk.

Gelombang kedua di FIlipina

Situasi genting juga menghinggapi jiran FIlipina, yang mencatatkan lebih dari 10.000 kasus penularan harian pada Minggu, (18/4). Otoritas kesehatan di Manila melaporkan sebanyak 141,089 kasus aktif sedang ditangani.

Lonjakan baru itu membuat total angka penularan di Filipina sejak tahun lalu hampir menyentuh 1 juta kasus. Serupa di negara lain, gelombang kedua wabah corona kebanyakan dipicu oleh penyebaran varian Inggris dan Afrika Selatan.

Kemunculan varian baru, bernama B.1.1.28.3 pertama kali dideteksi di Bisaya Tengah, dan memiliki banyak kesamaan dengan varian Brasil, B.1.1.28. Pada Januari lalu, otoritas Hong Kong sempat mengabarkan satu kasus penularan varian baru itu pada seorang warga yang baru pulang dari FIlipina.

Saat ini Singapura, Inggris dan sejumlah negara lain dikabarkan sudah mendeteksi penularan varian Filipina pada warganya.

Selain kedua varian baru corona, epidemiologis juga mewanti-wanti terhadap penyebaran dua varian baru lain, yang ditemukan di Oregon dan Kalifornia, Amerika Serikat.

rzn/hp (ap,rtr, afp, forbes)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement