Apa Hukumnya Orang Berpuasa Melakukan Spa?

Red: Ani Nursalikah

Ahad 18 Apr 2021 09:40 WIB

Perawatan tubuh dengan spa atau berendam di dalam air yang sudah ditaburi ramuan atau rempah-rempah tertentu. . Foto: Flickr Perawatan tubuh dengan spa atau berendam di dalam air yang sudah ditaburi ramuan atau rempah-rempah tertentu. .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spa adalah singkatan dari "solus per aqua" (bahasa Latin, artinya perawatan dengan air). Spa merupakan perawatan alternatif untuk menyeimbangkan kehidupan manusia dari tiga dimensi (tubuh, pikiran, dan perasaan); melalui enam indera (mata, hidung, telinga, lidah, kulit, dan otot).

Secara umum, praktik pelaksanaan spa itu adalah dengan berendam di dalam air yang sudah ditaburi ramuan atau rempah-rempah tertentu. Di antara manfaat spa adalah menghaluskan, mengencangkan, membersihkan dan memberi nutrisi pada kulit, mengendurkan ketegangan otot, detoksifikasi tubuh untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menghilangkan kecemasan, kemarahan dan depresi, serta mencegah alergi.

Baca Juga

Dengan melakukan spa, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi:

1. Hati senang, pikiran tenang, dan badan menjadi terasa segar;

2. Karena posisi berendam, maka tentu akan mengurangi derita kehausan, dan tidak tertutup kemungkinan air masuk ke rongga badan tertentu;

3. Sebagian aurat terbuka, sehingga dapat terlihat oleh orang lain, setidaknya oleh terapisnya (yang menangani spa).

Terkait dengan ibadah puasa, apakah orang yang sedang berpuasa boleh melakukan spa? Berdasar tiga pertimbangan di atas, maka spa berpotensi mengganggu tercapainya salah satu tujuan puasa, yakni timbulnya solidaritas dengan fakir-miskin yang sering mengalami derita lapar dan haus sepanjang hidup karena dengan spa seseorang akan merasa nyaman, segar, dan tidak begitu terasa lapar dan dahaga.

Spa juga berpotensi menimbulkan keraguan akan keabsahan puasa karena posisi berendam jelas berpotensi masuknya air secara tidak sengaja ke dalam salah satu rongga badan. Padahal Rasulullah SAW bersabda: "Tinggalkanlah apa yang membuatmu ragu, untuk menuju sesuatu yang tidak meragukan. Sungguh kejujuran itu menenangkan, sedang kebohongan itu meresahkan" (HR at-Turmudzi dan lain-lain dari al-Hasan bin Ali r.a.).