Sabtu 17 Apr 2021 06:11 WIB

Raul Castro Mundur dari Ketua Partai Komunis Kuba

Raul Castro mengatakan tak ada yang memaksanya untuk mundur

Raul Castro
Foto: AP
Raul Castro

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Raul Castro mengundurkan diri sebagai ketua Partai Komunis Kuba pada Jumat (16/4). Peristiwa ini mengakhiri era kepemimpinan formal yang dimulai oleh saudaranya, Fidel dan revolusi 1959.

"Tidak ada, tidak ada, tidak ada yang memaksa saya untuk membuat keputusan ini," kata Raul yang pidatonya di depan Kongres yang tertutup disiarkan di televisi pemerintah.

Raul yang berusia 89 tahun membuat pengumuman itu dalam pidato pada pembukaan kongres kedelapan dari partai yang berkuasa. Dia berkata memutuskan pensiun dengan perasaan telah memenuhi misinya dan yakin akan masa depan tanah airnya.

"Selama saya hidup, saya akan siap dengan kaki saya di sanggurdi untuk mempertahankan tanah air, revolusi dan sosialisme dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya," kata Raul.

Raul tidak mengatakan siapa yang akan didukung sebagai penggantinya sebagai pemimpin partai satu-satunya di negara itu. Namun, dia sebelumnya mengindikasikan lebih suka menyerahkan kendali kepada Miguel Diaz-Canel yang berusia 60 tahun.

Diaz-Canel yang menggantikan Raul sebagai presiden pada 2018 dan merupakan pembawa standar generasi loyalis dikalangan lebih muda. Upaya ini telah mendorong pembukaan ekonomi tanpa menyentuh sistem satu partai Kuba. Terlebih lagi, foto-foto yang dirilis oleh Kantor Berita resmi Kuba menunjukkan Castro yang mengenakan seragam hijau zaitun, memasuki kongres dengan Diaz-Canel di sisinya.

Partai Komunis terdiri dari 700.000 aktivis dan ditugaskan dalam konstitusi Kuba untuk mengatur urusan bangsa dan masyarakat. Fidel Castro memimpin revolusi yang menggulingkan diktator Fulgencio Batista dari kekuasaan tahun 1959. Dia secara resmi menjadi ketua partai pada 1965, sekitar empat tahun setelah secara resmi memeluk sosialisme.

Fidel dengan cepat menarik partai lama di bawah kendalinya dan menjadi pemimpin negara sampai jatuh sakit pada 2006. Pada 2008, dia menyerahkan kursi kepresidenan kepada adik laki-lakinya Raul yang telah berjuang bersamanya selama revolusi.

Raul menggantikannya sebagai ketua partai pada 2011. Fidel Castro meninggal pada 2016. Dalam sebagian besar hidupnya, Raul memainkan peran kedua dari Fidel, tetapi selama dekade terakhir, dia telah menjadi wajah komunis Kuba dan pembangkangannya terhadap upaya Amerika Serikat untuk menggulingkan sistem sosialisnya.

Anak keempat dari tujuh bersaudara dari seorang imigran Spanyol di Kuba timur ini telah bergabung dengan kakak laki-lakinya yang karismatik dalam serangan di barak militer Moncada di kota timur Santiago pada tahun 1953. Dia pun berhasil selamat dari tindakan keras oleh pasukan diktator Fulgencio Batista.

Raul pun memimpin front utama dalam perang gerilya berikutnya yang dipimpin oleh Fidel yang menggulingkan Batista.Dia bertugas untuk satu atau dua generasi berikutnya sebagai kepala angkatan bersenjata dan akhirnya sebagai penerus yang ditunjuk Fidel. Selama bertahun-tahun, dia dianggap komunis yang lebih ortodoks daripada saudaranya.

Tapi Raul mencapai kesepakatan dengan Presiden AS Barack Obama pada 2014 yang menciptakan sambutan AS paling luas ke Kuba sejak awal 1960-an. Kondisi ini pun menciptakan lonjakan kontak dengan AS yang sebagian besar hancur di bawah penerus Obama, Donald Trump.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement