Jumat 16 Apr 2021 17:10 WIB

HK Ungkap Risiko yang Pengaruhi Kinerja BUMN Karya

Model bisnis konstruksi cukup rentan terhadap perubahan lingkungan ekonomi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Foto udara pembangunan konstruksi ruas jalan tol Padang-Sicincin di Jl Bypass KM 25, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Jumat (19/6). Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) atau HK Budi Harto mengungkapan model bisnis jasa konstruksi cukup rentan risiko terhadap perubahan lingkungan ekonomi.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Foto udara pembangunan konstruksi ruas jalan tol Padang-Sicincin di Jl Bypass KM 25, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Jumat (19/6). Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) atau HK Budi Harto mengungkapan model bisnis jasa konstruksi cukup rentan risiko terhadap perubahan lingkungan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) atau HK Budi Harto mengungkapan penyebab melesunya kinerja perusahaan BUMN-BUMN karya saat ini. Budi menyebut hal ini tak lepas dari model bisnis jasa konstruksi yang memang cukup rentan risiko terhadap perubahan lingkungan ekonomi.

"Setiap ada perubahan di bidang ekonomi akan berdampak ke konstruksi," ujar Budi saat webinar bertajuk 'Mengukur Infrastruktur' pada Jumat (16/4).

Baca Juga

Budi mengatakan kontrak-kontrak kerja BUMN karya secara umum berkisar di angka tiga tahun hingga empat tahun dengan asumsi yang sudah matang disusun manajemen. Persoalannya, lanjut Budi, perubahan lingkungan ekonomi seperti kenaikan BBM bisa terjadi sewaktu-waktu yang memperburuk kondisi bisnis perusahaan.

"Risiko lain yang pengaruhi kinerja BUMN karya ialah persaingan usaha yang tidak bisa perusahaan mendapat harga dengan kualitas baik," ucap Budi.

Budi menambahkan sektor teknologi dan finansial yang memiliki risiko terhadap bisnis BUMN karya. Budi menilai aksi pengembangan usaha dengan mengambil proyek yang teknologinya belum dikuasai justru akan berdampak negatif bagi perusahaan. Pun dengan sektor finansial yang mana pengembangan usaha melebihi kemampuan keuangan yang mengakibatkan meningkatnya utang yang tidak diikuti dengan pendapatan yang memadai.

"Selain itu, pengembangan bisnis properti yang terlalu agresif juga tidak memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat," ucap Budi.

Budi juga menyoroti aksi korporasi BUMN karya untuk pasar luar negeri yang lebih hati-hati karena adanya perbedaan budaya dan hukum. "Sejak setahun lalu pak Menteri BUMN mengarahkan dan kami sudah bentuk PMO (BUMN) jasa konstruksi. Kami akan menata ulang, jadi setiap perushaan punya kekhususan," kata Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement