Aktivis Hak Sipil Muslim AS Tepis Stereotip Ramadhan

Rep: Zainur mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani

Jumat 16 Apr 2021 13:28 WIB

Muslim berdoa di masjid di Tompkins, New York. Foto: theconversation.com Muslim berdoa di masjid di Tompkins, New York.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aktivis hak-hak sipil Muslim di Amerika Serikat, Omar Suleiman memandang, jika pertanyaan soal ramadhan di wilayahnya selalu sama dari waktu ke waktu. Khususnya, ketika menyangkut stereotip aktivitas tanpa makan dan minum.

Omar menjelaskan, ibadah sebulan penuh Muslim itu dilakukan dengan menggunakan nilai-nilai dari Islam. Terlepas dari kemampuan  yang bisa beradaptasi dengan lelah dan lapar, Alquran kata dia, mensyaratkan salah satu rukun Islam sebagai puasa di bulan suci umat Islam demi mendapat kesadaran atas sang pencipta.

‘’Ketika kita menjadi sadar akan asupan berkah fisik kita yang kita konsumsi tanpa berpikir, kita menjadi lebih perhatian pada orang yang menganugerahkan berkat itu kepada kita,’’ ujar dia dikutip religion news Jumat (16/4).

Kendati demikian, dirinya memandang ada banyak manfaat dalam puasa yang dilakukan Muslim. Selain menyangkal diri sendiri pada apa yang dilarang secara spiritual, puasa ia sebut juga membantu untuk hidup positif.

‘’Karena dosa lahir dari rasa tidak tahu berterima kasih, puasa membuat kita lebih sadar akan berkat kita, karenanya lebih bersyukur dan didorong untuk berbuat baik,’’ lanjut dia.

Omar menuturkan, hasil akhir dari Ramadhan yang disebutkan dalam Alquran adalah ketika kita mampu menyelesaikan puasa dan memuliakan Allah SWT atas apa yang diberikan-Nya. Sehingga kita, lanjut Omar bisa termasuk di antara yang bersyukur.

Baca juga : Wolfe: Bagi Saya Islam Agama yang Sempurna

Hal tersebutlah menurut Omar, yang bisa membuat kita semakin sadar akan adanya sang pencipta. Terlebih, berkat sang pencipta pula, pada bulan ramadhan Muslim bisa memberikan rezeki dan kemuliannya kepada sesama yang bisa jadi terlupakan.

Mengutip Ulama besar Muslim Imam Ibn Rajab, Omar mengatakan, “Beberapa dari para pendahulu yang saleh ditanya,“ Mengapa puasa diwajibkan? Mereka menjawab, "Sehingga orang kaya akan merasakan lapar dan dengan demikian tidak akan melupakan lapar. ”

Dengan dasar tersebut, apa yang bisa jadi hilang dari benak Muslim soal ramadhan, adalah soal mengisi jiwa dan mengubah masyarakat dengan memberikan sedikit kebaikan. Menurut Omar, dengan cara tersebut, kita bisa menjalani diri dan kehidupan ke arah terbaik meski ada batasannya.

‘’Yang mungkin mengejutkan beberapa orang adalah bahwa kebanyakan Muslim sangat menikmati Ramadhan sehingga mereka berduka ketika bulan berakhir. Kita rindu membaca Alquran sepanjang hari dan malam yang panjang dalam doa, dan mendorong diri kita untuk menjadi dermawan,’’ ungkap dia.

Dia menyatakan, umat Muslim menyadari bahwa kebahagiaan sejati adalah memberi makan jiwa dan merasa puas dengan rezeki yang ada. Terlebih, menyadari bahwa doa lebih baik daripada tidur dan amal lebih baik daripada konsumsi.