Jumat 16 Apr 2021 11:11 WIB

Ketum PAN Sebut Pembentukan Poros Islam Kontraproduktif

PAN menilai poros Islam akan memperkuat politik aliran di Indonesia.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan di Ruang Fraksi PAN, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (25/1).
Foto: Republika/nawir arsyad akbar
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan di Ruang Fraksi PAN, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan atau Zulhasmenyebut wacana pembentukan poros partai Islam kontraproduktif dengan rencana rekonsiliasi nasional. Hal itu untuk merespon wacana yang keluar dari pertemuan antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

"Saya menilai wacana ini justru kontraproduktif dengan upaya kita melakukan rekonsiliasi nasional, memperkuat dan memperkokoh persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara," ujar Zulhas lewat keterangan tertulisnya, Jumat (16/4).

PAN melihat, poros Islam justru ini akan memperkuat politik aliran di Indonesia. Zulhas menegaskan, hal itu harus dihindari agar semua pihak berjuang untuk kebaikan dan kepentingan semua golongan.

Ia berkaca dari pengalaman di Pilpres 2019, saat sentimen SARA, politik aliran, dan identitas yang menurutnya sangat terasa dalam kontestasi tersebut. Bahkan, ia menilai hingga saat ini rakyat masih terbelah, padahal elite partainya sudah bersatu.

"Menanggapi wacana koalisi partai Islam 2024 itu, PAN melihat justru ini akan memperkuat politik aliran di negara kita," ujar Zulhas.

PAN, kata Zulhas, saat ini sedang memperjuangkan dan memperkuat politik gagasan. Politik yang mengedepankan konsep dan program, dimana seharusnya bersama-sama berpikir untuk kesejahteraan rakyat. "Kita harus sama-sama berpikir bagaimana agar kita memiliki pemerintahan yang bersih, bagaimana memiliki hukum yang adil, bagaimana agar kita memiliki ekonomi yang setara," ujar Zulhas.

Gagasan PAN tentang Islam adalah Islam substansial, Islam tengah (wasathiyah). Juga jaran Islam yang diterjemahkan ke dalam berbagai dimensi kehidupan. "Gagasan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, dalam bahasa Buya Hamka, Islam garam, bukan Islam gincu," ujar Zulhas.

Sementara, Partai Bulan Bintang (PBB) menyambut baik wacana pembentukan poros Islam. Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra mengatakan, pihaknya menyarankan pembicaraan wacana ini dilakukan lebih cepat.

"Alangkah baiknya jika kedua partai Islam ini mengambil inisiatif untuk membentuk koalisi atau poros tengah partai-partai Islam itu. PBB akan ikut aktif dalam pertemuan-pertemuan lanjutan yang nanti akan diadakan," ujar Yusril.

Sebelumnya, jajaran pengurus PPP menyambangi markas PKS, Rabu (14/4). Sekretaris Jenderal PKS, Aboe Bakar Alhabsyi menuturkan, salah satu yang ada dalam pembahasan antara kedua elite partai adalah kesamaan sebagai partai Islam. Aboe mengatakan, pihaknya menyambut siapapun partai yang ingin bergabung dalam perjuangan rahmatan lil 'alamin.

Ia mengakui perjalanan koalisi menuju 2024 masih sangat panjang. Namun PKS menegaskan terbuka kepada partai manapun yang bisa diajak kerja sama. “Penjajakan ini masih ada 2,5 tahun atau tiga tahun, sangat memungkinkan (poros Islam),” tutur Aboe di DPP PKS, Jakarta, Rabu (14/4).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement