Bangladesh Masuki Ramadhan dengan Lockdown 8 Hari

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih

Jumat 16 Apr 2021 07:15 WIB

Ilustrasi virus corona. Foto: Pixabay Ilustrasi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pemerintah Bangladesh memulai lockdown delapan hari sejak memasuki Ramadhan pada Rabu (14/4). Bangladesh memerintahkan untuk menutup semua kantor dan transportasi internasional serta domestik demi mencegah gelombang kedua infeksi virus corona.

Bangladesh ingin mengurangi tekanan pada rumah sakit dan petugas kesehatan yang kewalahan dengan pengetatan ini. Kemarin juga bertepatan dengan Tahun Baru Bengali di negara Asia Selatan berpenduduk 160 juta orang itu.

Baca Juga

Otoritas kesehatan telah mencatat 703.170 kasus dan 9.987 kematian sejak Maret tahun lalu. Dengan hampir 6.000 hingga 7.000 infeksi tercatat setiap hari, unit perawatan intensif di negara itu berada di titik nadir. Pada saat yang sama, pihak berwenang mengatakan lonjakan cepat infeksi COVID-19 telah berdampak serius pada sistem kesehatan negara dalam beberapa pekan terakhir.

"Setiap hari, 6.000 hingga 7.000 orang terinfeksi virus. Jika kami dapat mempertahankan lockdown dengan ketat selama seminggu, jumlah infeksi baru akan berkurang," kata Dr. A.S.M. Alamgir selaku pejabat utama Institut Pengendalian dan Penelitian Penyakit Epidemiologi (IEDCR) dilansir dari Arab News pada Kamis (15/4).

"Kami tidak punya pilihan lain. Ini masalah menyelamatkan nyawa orang," lanjut Alamgir.

Alamgir menambahkan pihak berwenang bekerja sepanjang waktu untuk menambah lebih banyak tempat tidur ICU di fasilitas kesehatan. Persiapan sedang dilakukan untuk meluncurkan rumah sakit lapangan di Dhaka dengan 250 tempat tidur ICU dan 1.200 tempat tidur.

"Kami juga berharap dapat menambah 200 tempat tidur ICU di semua rumah sakit yang dikelola pemerintah dalam tiga minggu ke depan," ujar Alamgir.

Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DJCK), terdapat hampir 2.600 tempat tidur umum dan 130 ICU di rumah sakit pemerintah di Dhaka. Ini belum termasuk 800 tempat tidur umum dan 200 tempat tidur ICU di fasilitas swasta.

Ahli kesehatan asal Bangladesh, Profesor Benazir Ahmed mengatakan keadaan wabah saat ini telah menjadi penyebab keprihatinan yang besar. Ia memantau kasus yang terus-menerus dan kematian dalam beberapa pekan terakhir.

"Bangladesh harus melakukan semua tindakan pencegahan untuk mengontrol dan menangani kasus," kata Benazir.

Di bawah penguncian selama seminggu, yang berakhir pada 21 April, semua kantor pemerintah, non-pemerintah, dan pusat perbelanjaan akan tetap ditutup. Kemudian layanan transportasi umum, penerbangan internasional dan domestik akan tetap ditangguhkan.

Semua toko, kecuali yang memasok makanan akan tetap tutup. Sebagai bagian dari upaya membantu masyarakat, pemerintah telah memulai program bantuan khusus yang menargetkan hampir 13 juta orang sangat miskin.