Kamis 15 Apr 2021 14:49 WIB

Dirut Garuda: White Paper INACA Penting Diimplementasikan

Seluruh pihak harus mempertahankan sinergi untuk melewati pandemi lebih cepat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah calon penumpang mengantre untuk menjalani pemeriksaan GeNose C19 di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat (9/4). Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan pada Maret 2020, jumlah penerbangan domestik dan nasional turun.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Sejumlah calon penumpang mengantre untuk menjalani pemeriksaan GeNose C19 di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat (9/4). Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan pada Maret 2020, jumlah penerbangan domestik dan nasional turun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia National Air Carrier Association (INACA) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) melakukan riset untuk memproyeksikan pemulihan industri penerbangan setelah terdampak pandemi Covid-19. Direktur Utama Garuda Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pembina INACA mengatakan, implementasi dari white paper tersebut sangat penting.

"Penting white paper ini untuk implementasi nantinya memastikan pemulihan bisa lebih cepat. Pemulihan ini juga bisa lebih bermanfaat," kata Irfan dalam webinar INACA White Paper, Kamis (15/4).

Irfan mengatakan, semua pihak saat ini harus mempertahankan sinergi untuk bisa melewati pandemi lebih cepat dan bermanfaat. Dia menilai, hal tersebut akan memberikan manfaat lebih besar kepada pemulihan ekonomi. 

Dia menambahkan, semua pihaknya seharusnya sepakat, kesehatan menjadi nomor satu. Namun juga di sisi lain dapat memastikan proses perbaikan kesehatan tersebut juga berdampak kepada pemulihan ekonomi dan industri penerbangan.

Dia menuturkan, saat ini cara kreatif diperlukan sebagai upaya melibatkan diri dalam pemulihan ekonomi. Terlebih, Irfan menilai, tugas utama transportasi udara membawa penumpang dan barang.

"Ketika lebih banyak proses validasi dari membawa orang ke tempat lain, kita fokuskan membawa barang dengan lebih banyak, cepat, dan berharap industri penerbangan juga bisa perlahan diperbaiki situasi bisnisnya," jelas Irfan.

Sementara itu, Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan pada Maret 2020, jumlah penerbangan domestik dan nasional turun. Denon menuturkan, sekitar 65 persen jumlah kegiatan kargo logistik turun dari 1,1 juta ton menjadi 429 ribu ton.

"Ini jadi tantangan luar biasa. Dimana hilangnya 60 juta penumpang pada 2020 berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi," tutur Denon.

Tim Riset INACA White Paper sekaligus dosen dan peneliti FEB Unpad Yayan Satyakti mengatakan terdapat tiga skenario model vaksin yang dapat menjadi penentu dalam pulihnya industri penerbangan di Indonesia. "Dalam skenario moderat dengan proses vaksin sekarang yang relatif meningkat, permintaan penumpang domestik baru mulai agak rebound itu pada awal 2022," kata Yayan.

Selanjutnya jika menggunakan skenario optimistis yaitu proses vaksinasi dilakukan dua kali lebih cepat dibandingkan saat ini maka rebound dapat lebih cepat dibandingkan kondisi moderat. Jika hal tersebut dilakukan, industri penerbangan akan kembali pulih pada akhir 2022.

Lalu pada skenario terakhir yaitu pesimistis. Artinya, kata Yayan, proses vaksin kecepatannya hanya 50 persen dibandingkan dengan sekarang. "Ini menyebabkan demand itu akan relatif lebih rendah dibandingkan dengan skenario moderat," jelas Yayan.

Yayan menambahkan, berdasarkan skenario moderat pada Desember 2019 atau sebelum pandemi Covid-19, total penumpang itu kurang lebih sekitar 79,02 juta. Kemudian pada Desember 2020 jumlah penumpang pesawat menjadi 35,41 juta. Kemudian mulai kembali pada skenario moderat khusus untuk rebound itu pada Desember 2024.

"Jadi kita lihat bahwa pergerakan itu sudah mulai ada pada Desember 2022. Sedangkan pada Desember 2021 ada peningkatan juga tetapi tidak begitu signifikan tetapi akan kembali lagi rebound sesuai dengan kondisi biasa pada 2019 yaitu pada tahun 2024," jelas Yayan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement