Kamis 15 Apr 2021 13:59 WIB

Proyeksi Pemulihan Sektor Penerbangan Menuju Normal Baru

Industri penerbangan merupakan sektor yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19. 

Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja mengatakan, industri penerbangan merupakan sektor yang paling terdampak akibat pandemi virus Covid-19.
Foto: Istimewa
Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja mengatakan, industri penerbangan merupakan sektor yang paling terdampak akibat pandemi virus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Industri Penerbangan merupakan salah satu sektor yang paling terdampak dari Pandemi Covid-19. Data Internasional Civil Aviation Organization (ICAO) menunjukkan, bahwa pada tahun 2020, telah terjadi penurunan jumlah penumpang sejumlah 59-60 persen. Data senada juga disampaikan oleh The Internastional Air Transport Association (IATA), yang menyatakan maskapai mengalami penurunan pendapatan sebesar 54.7 persen pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019.

Melihat kondisi ini Indonesia National Air Carriers Association (INACA) bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) berinisiatif membuat INACA White Paper, dimana kajian proyeksi pemulihan di transportasi udara bermaksud untuk mengetahui proyeksi pemulihan sektor penerbangan menuju normal baru. Sedangkan untuk tujuannya adalah untuk mengetahui kebijakan dan regulasi yang diperlukan dalam mendukung pemulihan sektor penerbangan.

Dalam sambutannya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat membuka Webinar yang bertema 'Aviation Recovery Projections' memberikan apresiasinya atas usaha yang telah dilakukan oleh INACA dan Unpad dalam memberikan gambaran terkait proyeksi pemulihan sektor penerbangan. Sehingga, hal ini dapat menjadi acuan bagi semua pihak untuk menyongsong kenormalan baru.

"Pemenuhan kebutuhan pelayanan transportasi merupakan hak dasar bagi semua warga negara dan harus diberikan oleh Pemerintah, tidak kecuali di sektor penerbangan. Kita ketahui bahwa sebelum Pandemi Covid-19 terjadi sektor penerbangan di Tanah Air sangatlah maju pesat, namun sekitar Maret 2020 lalu perlahan-lahan terjadi penurunan penumpang yang cukup drastis. Akan tetapi kita optimis, seiring upaya pemulihan melalui pemberian vaksin dan penerapan protokol kesehatan yang ketat maka transportasi udara akan segara kembali seperti sediakala," kata Budi dalam keterangan virtualnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (15/4).

Dia juga mengajak seluruh unsur sektor transportasi udara dapat beradaptasi dengan aktivitas baru hal ini guna mencegah penularan kembali virus korona. Walaupun demikian, dirinya juga meyakini, bahwa operator maskapai, yang merupakan anggota dari INACA, telah menjalani prosedur dan protokol kesehatan dengan baik dan cermat. Bahkan, dirinya juga mendapat laporan kalau maskapai di Tanah Air telah mempunyai strategi untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru, dan juga telah di kolaborasikan dengan regulator yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan.

"Saya juga meminta INACA tidak hanya meningkatkan kolaborasi dengan regulator transportasi di dalam negeri, namun saya harapkan dapat berkerjasama dengan organisasi global seperti ICAO atau dengan IATA dengan memfokuskan kerjasama pada pengembangan protokol kesehatan sehingga hal ini dapat membangkitkan bisnis sektor penerbangan dalam waktu yang tidak lama lagi," kata Budi.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja menjelaskan, bahwa kajian INACA White Paper berupa proyeksi pemulihan industri penerbangan, berdasarkan hasil pembahasan dengan pihak eksternal melalui kegiatan Forum Group Discussion (FGD) yang telah diselenggarakan pada bulan Februari hingga April 2021. Hal ini juga didasari bahwa industri penerbangan merupakan sektor yang paling terdampak akibat pandemi virus Covid-19. 

"Kita ketahui bersama bahwa kinerja pada tahun 2020 merosot sangat tajam dibanding tahun 2019. Seperti traffic movement turun 43 persen dari 2,1 juta menjad 1,2 juta, lalu penumpang turun 70 persen dari 91,6 juta menjadi 35,4 juta, disusul, angkutan kargo turun 65 persen dari 1,1 juta menjadi 429 ribu ton. Dan juga pada sektor pariwisata, Wisman turun 71 persen dari 16 juta menjadi 4,6 juta wisman," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement