Kamis 15 Apr 2021 13:47 WIB

Mengosongkan Kursi Tengah Pesawat Kurangi Risiko Corona

Risiko penularan Covid-19 menurun hingga 57 persen saat kursi tengah dibiarkan kosong

Rep: Puti Almas/ Red: Gita Amanda
Membiarkan kursi bagian tengah pesawat kosong dapat mengurangi risiko paparan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Membiarkan kursi bagian tengah pesawat kosong dapat mengurangi risiko paparan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Membiarkan kursi bagian tengah pesawat kosong dapat mengurangi risiko paparan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19. Hal ini diketahui dalam sebuah penelitian yang dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC).

Peneliti dari CDC bersama dengan Kansas State University melakukan pemodelan laboratorium yang menemukan paparan penumpang terhadap SARS-COV-2, dapat dikurangi antara 23 persen hingga 57 persen pada pesawat yang memiliki bagian lebar dan sempit dengan kursi tengah yang dibiarkan kosong. Studi menggunakan bakteriofag aerosol sebagai pengganti virus untuk menentukan sejauh mana virus corona jenis baru dapat menyebar selama penerbangan.

Menurut penelitian, risiko paparan virus berkurang 23 persen untuk penumpang di baris kursi pesawat yang sama tetapi berjarak dua kursi dari orang yang terinfeksi. Sementara, risiko menurun hingga 57 persen saat kursi tengah dibiarkan kosong di bagian tiga baris yang berisi campuran antara orang-orang yang terinfeksi virus maupun tidak.

Studi tersebut tidak melacak dampak penggunaan masker yang diwajibkan selama penerbangan. Namun, para peneliti mencatat, menjaga jarak tetap dibutuhkan karena meskipun orang yang terinfeksi virus mengenakan masker, mereka masih dapat memproyeksikan aerosol.

“Temuan dalam studi ini menunjukkan bahwa menggunakan masker tampak tidak menghilangkan semua paparan udara terhadap tetesan dan aerosol infeksius dan mendukung pentingnya strategi pencegahan multikomponen sebagai praktik yang baik, menggabungkan masker dan jarak lebih protektif daripada keduanya," ujar tim peneliti, dilansir UPI, Kamis (15/4).

Pada awal bulan ini, CDC mengatakan orang Amerika yang melakukan vaksinasi Covid-19 dapat melakukan perjalanan domestik dengan risiko paparan rendah. Namun, badan tersebut menegaskan penggunaan masker di area publik tetap dibutuhkan.

Seseorang dianggap telah melakukan vaksinasi secara penuh dalam waktu dua pekan pasca menerima dosis kedua atau akhir. Di bawah panduan ini, CDC mengatakan pelancong yang mendapatkan vaksin tidak lagi memerlukan tes Covid-19 sebelum maupun setelah perjalanan, serta tidak diharuskan melakukan karantina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement