Rabu 14 Apr 2021 19:23 WIB

The New Formal Jadi Tema Kompetisi MOFP Tahun Ini

Industri tata busana muslim diyakini akan terus berkembang.

Sejumlah peragawati berjalan menampilkan pakaian muslim (ilustrasi).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Sejumlah peragawati berjalan menampilkan pakaian muslim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri tata busana muslim di Indonesia terus berkembang, baik dari beragamnya variasi produk, kualitas produk yang bersaing serta potensi pasar yang sangat besar. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) terus berupaya untuk mendorong perkembangan industri tata busana muslim nasional. 

Hal ini juga sejalan dengan yang diungkapkan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang mengajak seluruh stakeholder industri tata busana muslim untuk bersinergi melalui pengembangan potensi desainer. Salah satunya melalui Kompetisi Modest Fashion Project (MOFP). Kompetisi MOFP sendiri telah diselenggarakan sejak tahun 2018. Kompetisi MOFP 2021 resmi bergulir pada tanggal 25 Februari 2021 lalu yang diresmikan oleh Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Gati Wibawaningsih.

Sebagai salah satu upaya dalam memberikan akses informasi kepada para calon peserta kompetisi MOFP, Direktorat Jenderal IKMA kembali menyelenggarakan Webinar Sosialisasi Kompetisi MOFP dengan Topik yang diusung pada acara tersebut adalah 

”Bedah The New Formal” yang mana para narasumber yang merupakan dewan juri kompetisi MOFP. Mereka memberikan penjelasan dan gambaran tentang konsep The New Formal yang merupakan tema kompetisi MOFP pada tahun ini.

“Kami menyadari bahwa desainer memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan industri fashion yang mana para desainer dapat memberikan inovasi dan menentukan arah tren desain khususnya dalam industri fashion di Indonesia," kata Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, E. Ratna Utarianingrum, Rabu (14/4).

photo
Webinar Sosialisasi Kompetisi MOFP. - (Dok. Kem)

Ratna menyadari, saat ini semua sektor sedang menghadapi masa sulit pandemi yang berimbas pula pada perekonomian dan industri. Untuk itu, kata dia, peran desainer dalam membaca peluang serta kebutuhan pasar tata busana saat ini menjadi sangat penting.

Ratna juga menyampaikan, tema The New Formal bertujuan memberikan tantangan kepada para desainer untuk mampu membaca kebutuhan pasar, peluang, dan inovasi produk tata busana muslim.

"Di masa saat ini maupun masa yang akan datang, baik dari segi desain maupun konsep bisnis. Diharapkan tema ini dapat mendorong munculnya para finalis MOFP yang semakin siap untuk membawa impact positif bagi industri fashion muslim nasional," kata dia.

Selain menyosialisasikan tema kompetisi MOFP, acara webinar juga diisi dengan Talkshow Bedah The New Formal yang diisi oleh para dewan juri MOFP. Sesi tanya jawab dengan narasumber serta fashion show virtual karya tata busana para desainer finalis MOFP yang telah mendapatkan program pembinaan dari Ditjen IKMA.

Perkembangan jumlah umat muslim dunia menjadi salah satu pemicu utama yang mendorong pertumbuhan industri tata busana muslim. “The State Global Islamic Ecomony Report 2020/2021 melaporkan konsumsi fashion muslim dunia tahun 2019 diperkirakan mencapai 277 miliar dollar Amerika Serikat (AS) sedangkan konsumsi fashion muslim dunia pada tahun 2024 yang diperkirakan mencapai 311 miliar AS," kata Ratna. ”Sementara konsumsi fashion muslim Indonesia sendiri pada tahun 2019 adalah senilai 16 miliar AS, terbesar kelima di dunia setelah Iran, Turki, Saudi Arabia dan Pakistan,” ujar Ratna menambahkan. 

Kemenperin melihat hal ini sebagai peluang pasar bagi pelaku industri tata busana muslim nasional untuk mampu mengisi pasar domestik maupun global. Ratna juga menyampaikan, pengembangan tata busana muslim di Indonesia mempunyai kinerja yang diakui di dunia internasional. Berdasarkan The State of Global Islamic Economy Report 2020/2021, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara yang mengembangkan tata busana muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab dan Turki.

Selain itu, kata dia, Industri tata busana muslim yang merupakan bagian dari industri pakaian jadi memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Ia mengemukakan, berdasarkan data Pusdatin Kemenperin, kinerja ekspor industri pakaian jadi sepanjang tahun 2020 mencapai 7,04 miliar dollar AS dan pada periode Januari–Februari 2021 mencapai angka 1,24 miliar AS. Industri tata busana juga merupakan bagian dari sektor industri tekstil memberikan kontribusi sebesar 6,76 persen pada PDB industri pengolahan non-migas di tahun 2020.

“Semoga acara ini dapat memberikan pencerahan, pemahaman dan inspirasi kepada para calon peserta kompetisi MOFP tentang bagaimana membuat konsep karya yang mampu bersaing didalam kompetisi MOFP tahun ini,” kata Ratna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement