Kamis 15 Apr 2021 00:55 WIB

Sastrawan: Kaji Ulang Konsep Keragaman di dalam TMII

Investasi kebudayaan merupakan penanaman nilai-nilai kebaikan dan rasa berkebangsaan.

Sejumlah pengunjung saat berwisata di Teater Keong Emas TMII, Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pengunjung saat berwisata di Teater Keong Emas TMII, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sastrawan Esha Tegar Putra menyarankan, pemerintah melakukan kaji ulang terhadap konsep keragaman Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Terutama, jika tempat tersebut diwacanakan sebagai taman budaya (culture theme park) dengan standar internasional.

Hal itu menyusul terbitnya Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Atas Perpres tersebut, pengelolaan TMII dilakukan oleh Kementerian Sekretariat Negara, bukan lagi oleh Yayasan Harapan Kita.

"Sebetulnya sejauh ini TMII hanya menjadi ikon dari keragaman budaya. Namun, tidak sepenuhnya menunjukkan keragaman, karena ada bagian dari Indonesia yang hilang melalui bangunan situs dan program-program yang ada di sana," kata Esha, Rabu (14/4).

Penyair tersebut menilai, konsep ke-Indonesia-an harus dikaji ulang secara bersama, terutama soal keragaman jika memang pemerintah ingin memperlihatkan keragaman dan toleransi Indonesia melalui TMII ke depan. Dia mengatakan, pemerintah harus memahami bahwa investasi pada kebudayaan berbeda dengan investasi terhadap benda yang secara langsung dapat memberi kontribusi pada keuangan negara.

Menurut Esha, investasi kebudayaan merupakan penanaman nilai-nilai kebaikan dan rasa berkebangsaan. Hasilnya tentu saja menjadikan manusia Indonesia lebih baik, paham akan keragaman, menghargai bahwa Indonesia multikultur. Oleh karenanya, pemerintah perlu melibatkan budayawan dan seniman sehingga konsep TMII dapat dikaji ulangsecara bersama.

Sementara itu, seniman Jumaldi Alfi berharap TMII dapat memberikan peluang dengan mendirikan infrastruktur, bangunan yang representatif dan pengelolaan yang profesional. "Saya berharap di sana ada sebuah museum yang layak untuk menampung karya-karya seni anak bangsa. Sudah seharusnyalah Indonesia mempunyai museum seni rupa," kata dia.

Dalam kancah seni rupa internasional, seniman-seniman Indonesia dinilai telah memberi warna dengan capaian-capaian yang artistik, estetika dan konseptual. Terbukti pada berbagai perhelatan seni rupa dunia, seperti bienalle, trienalle, seniman Indonesia termasuk penampil yang dinantikan kehadiran karya-karyanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement