Rabu 14 Apr 2021 14:39 WIB

Proyeksi Budidaya Lele Milenial Raup Rp 4,4 Juta Perbulan

Bagi yang memiliki lahan sendiri akan mendapat suntikan modal Rp 50 juta per orang.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah meluncurkan program petani milenial pada Maret 2021 lalu. Selain untuk regenerasi, langkah inipun dilakukan untuk meningkatkan produktivitas generasi muda dari sektor tersebut.
Foto: istimewa
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah meluncurkan program petani milenial pada Maret 2021 lalu. Selain untuk regenerasi, langkah inipun dilakukan untuk meningkatkan produktivitas generasi muda dari sektor tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah meluncurkan program petani milenial pada Maret 2021 lalu. Selain untuk regenerasi, langkah inipun dilakukan untuk meningkatkan produktivitas generasi muda dari sektor tersebut.

Salah satunya dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Jawa Barat dengan menyiapkan pembudidaya ikan milenial (PIM). Menurut Kepala Diskanla Jawa Barat Hermansyah, setiap petani milenial yang dibina diproyeksikan meraup untung setidaknya Rp 4,42 juta per bulan.

Hermansyah, telah menyeleksi 82 PIM yang sesuai dengan persyaratan yakni berusia 19-39, lulusan SMK perikanan atau mengenal inovasi teknologi bidang perikanan, serta memiliki pengalaman sebagai pembudidaya ikan atau generasi keturunan pembudidaya ikan."Sebelumnya ada ratusan pendaftar," ujar Hermansyah di Bandung, Rabu (14/4).

Menurutnya, dari jumlah tersebut, terdapat 44 PIM yang sudah memiliki lahan sendiri, sedangkan 38 lainnya tidak memiliki lahan (petani intensif). Sehingga akan ditempatkan di sejumlah aset Diskanla Jawa Barat. Hermansyah memastikan pihaknya sudah menentukan komoditas yang akan dibudidayakan yakni ikan lele, nila, dan udang.

Bagi yang memiliki lahan sendiri,  menurut Hermansyah, akan memeroleh suntikan dana Rp50 juta/orang yang bersumber dari KUR bank bjb. Bagi pembudidaya ikan lele, modal kerja tersebut akan digunakan untuk pembuatan tiga kolam bioflok berdiameter 4 meter serta pengadaan 20 ribu benih. Sedangkan bagi pembudidaya nila akan digunakan untuk membuat lima kolam bioflok berdiamater 4 meter serta 10 ribu benih.

Untuk kelompok petani intensif, kata dia, pihaknya telah menyiapkan lahan di empat lokasi seperti di Cijengkol, Kabupaten Subang (budidaya lele), dan Ciherang, Kabupaten Cianjur (nila). "Mereka akan diberikan masing-masing empat sampai enam bioflok," katanya.

Menurut Hermansyah, metode kolam bioflok dipilih karena bisa meminimalisasi pakan yang harus disediakan. "Karena ada bakterinya, jadi lebih efisien di pakan," katanya.

Jika berhasil, kata dia, masing-masing PIM diproyeksikan mendapat penghasilan Rp5,62 juta/bulan untuk budidaya lele. Menurutnya, budidaya lele akan panen setiap dua bulan sekali."Dalam setiap panen, dari jumlah benih itu setiap petani akan memeroleh laba Rp11,258 juta," katanya. 

Sedangkan untuk budidaya nila, kata dia, akan panen setiap empat bulan sekali. Dalam sekali panen nila, para petani muda ini diproyeksikan mendapat laba Rp17,69 juta. "Jadi setiap bulannya Rp4,42 juta/bulan," katanya.

Untuk budidaya udang, menurut Hermansyah, pihaknya menyiapkan lahan di Cibalong, Kabupaten Garut bagi enam PIM. Di atas lahan milik Diskanla Jawa Barat itu, kelompok tani tersebut akan memanfaatkan tambak seluas 1.300 m2 yang akan diisi 270 ribu benih udang.

Jika berhasil, kata dia, masing-masing pembudidaya udang milenial ini diproyeksikan meraup untung Rp7,1 juta/bulan. "Udang juga sama, panennya setiap empat bulan sekali," katanya.

Hermansyah mengatakan, agar target itu tercapai, Diskanla Jawa Barat mendampingi PIM sejak awal. Yakni, mulai dari pembekalan terkait analisa kelayakan dan penyusunan rencana kerja, pengenalan teknologi, hingga teknik pengemasan dan pemasaran. 

Selain itu, kata dia, pihaknya juga melakukan pengawasan dan evaluasi langsung ke setiap PIM. Saat ini masing-masing PIM sudah memulai aktivitasnya. "Bulan April ini masih tahap pengadaan sarana," katanya.

Untuk budidaya lele, Hermansyah memproyeksikan sudah bisa dipanen pada Juni, sedangkan untuk nila dan udang pada Agustus mendatang. "PIM intensif (di lahan Diskanla) angkatan I ini akan berakhir dalam waktu setahun. Selanjutnya akan direkrut PIM intensif angkatan II, III, dan seterusnya," katanya.

Hermansyah berharap, setiap angkatan PIM bisa berkembang dan mandiri usai menjalani program tersebut. Karena, kalau berhasil, mereka pasti memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha mereka di tempat lain, tidak terus-terusan di tempat tersebut."Kalau terus di sini, berarti mereka tidak berkembang," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement