Biaya Buka Puasa di Lebanon Meningkat Signifikan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani

Rabu 14 Apr 2021 12:11 WIB

 Seorang pedagang memajang sayuran untuk persiapan Ramadhan di sebuah pasar di Beirut, Lebanon, Senin, 12 April 2021. Foto: AP/Hassan Ammar Seorang pedagang memajang sayuran untuk persiapan Ramadhan di sebuah pasar di Beirut, Lebanon, Senin, 12 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perbandingan harga beberapa komoditas makanan pokok di Lebanon menunjukkan jamuan buka puasa Ramadhan kali ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Beberapa produk mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan.

Berdasarkan informasi terbaru, harga satu kilo beras yang sebelumnya tidak melebihi 3.000 pound Lebanon setara Rp 29 ribu kini mencapai 8.000 pound atau Rp 76 ribu. Tak hanya itu, satu kilo lentil atau yang biasa disebut makanan untuk orang miskin, mencapai 15.000 pound Lebanon atau Rp 144ribu.

Harga minyak goreng 5 liter yang semula sekitar 18.000 pound naik 7 kali lipat menjadi 90.000 pound. Kenaikan ini disebabkan pedagang yang menerapkan kurs pasar gelap senilai 13.000 pound per dolar.

Dilansir di Asharq Al-Awsat, Rabu (14/4), sebuah indeks yang diterbitkan oleh American University Crisis Observatory menunjukkan biaya Iftar (buka puasa) kini per orang akan menelan biaya 12.050 pound atau 60.250 pound untuk sebuah keluarga dengan lima orang setiap harinya.

Biaya ini sudah terdiri dari bahan-bahan penting seperti biji kurma, sup miju-miju, salad fattoush, setengah cangkir susu dan makanan pokok. Artinya, biaya buka puasa meningkat lebih dari dua setengah kali upah minimum per bulan. Bahkan, mereka mengingatkan harga yang dihitung belum termasuk air, jus, manisan, gas, listrik dan bahan pembersih.

Lembaga yang sama mencatat 42,5 persen keluarga di Lebanon, yang pendapatannya tidak melebihi 1,2 juta pound Lebanon per bulan akan kesulitan untuk membeli bahan makanan Ramadhan minimum.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, indeks biaya berbuka dasar untuk puasa dasar, menunjukkan peningkatan dari sekitar 450.000 pound per bulan pada 2018 menjadi 467.000 pound pada 2019. Angka ini kemudian menjadi sekitar 600.000 pound pada 2020 dan kembali melonjak naik tahun ini.

"Kami akan mengandalkan makanan yang murah dan mengenyangkan, seperti pasta, misalnya,” kata seorang wanita yang menunggu giliran di depan pintu supermarket.

Dia mengatakan anggaran yang dialokasikan setiap tahun untuk Ramadhan sama, tetapi sekarang hampir tidak cukup untuk membeli beras, gula, minyak dan beberapa sereal.

Kementerian Ekonomi Lebanon telah meningkatkan kunjungan inspeksi ke supermarket menjelang Ramadhan. Hasilnya, mereka mencatat sejumlah besar pelanggaran. Seorang sumber di kementerian mengatakan kementerian telah memantau harga secara teratur. Tetapi, mereka merasa kesulitan untuk memeriksa 22.000 titik penjualan dengan hanya 77 pengawas.

Sebuah survei lainnya yang dilakukan oleh Information International terhadap sampel 100 keluarga menunjukkan 45 persen responden tidak menyiapkan manisan Paskah minggu lalu. Sementara, 35 persen lainnya membuat "maamoul" tradisional dengan biaya lebih rendah, serta mengganti pistachio dan kenari dengan kurma dan gula.