Rabu 14 Apr 2021 08:22 WIB

Moderna Berikan Pembelaan Terkait Keamanan Vaksinnya

Moderna sebut tak ada hubungan antara vaksin dan kejadian trombotik yang diberitakan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Moderna sebut tak ada hubungan antara vaksin dan kejadian trombotik yang diberitakan.
Foto: MICHAEL SOHN / POOL/AP POOL
Moderna sebut tak ada hubungan antara vaksin dan kejadian trombotik yang diberitakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Moderna tengah tersandung klaim bahwa vaksinnya memiliki masalah keamanan. Namun, Moderna memberikan pembelaan keamanan vaksin Covid-19 pada Selasa lalu. 

Pernyataan diberikan setelah pejabat kesehatan federal AS menyerukan 'jeda' dalam penggunaan vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson, untuk menyelidiki laporan pembekuan darah yang berpotensi bahaya. Setelah meninjau data keamanan yang tersedia dari jutaan dosis yang diberikan, Moderna mengatakan tidak ada yang menyebut adanya hubungan antara vaksin dengan dengan trombosis sinus vena serebral (CVST) atau kejadian trombotik. Saham naik, sementara Johnson & Johnson jatuh. 

Baca Juga

“Analisis keamanan komprehensif dari vaksin, dilakukan menggunakan data hingga 22 Maret 2021,” kata pejabat Moderna dalam sebuah pernyataan, dilansir dari foxnews, Rabu (14/4).

Direktur FDA Center for Biologics Evaluation and Research (CBER), Peter Marks juga mengomentari pembuat obat dan Pfizer. "Dari lebih 180 juta dosis vaksin MRNA dan PFE Covid yang telah diberikan, belum ada kasus pembekuan darah atau trombosit rendah," katanya.

Hingga saat ini, lebih dari 64,5 juta dosis vaksin Moderna telah diberikan di seluruh dunia. Pada bulan Februari, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Massachusetts itu mengumumkan akan meningkatkan rencana manufaktur global dari 600 juta menjadi 700 juta dosis tahun ini.

Peningkatan itu bertujuan untuk membangun pasokan hingga 1 miliar dosis pada 2021, dan 1,4 miliar dosis pada 2022. Harga saham Pfizer dan BioNTech SE juga naik. CDC dan FDA mengatakan, mereka sedang menyelidiki pembekuan darah yang tidak biasa, yang terjadi 6 hingga 13 hari setelah vaksinasi Johnson & Johnson.

Gumpalan terjadi di pembuluh darah yang mengalirkan darah dari otak dan terjadi bersamaan dengan trombosit yang rendah. Keenam kasus tersebut terjadi pada wanita berusia antara 18-48 tahun, dan dilaporkan ada satu kematian dan semuanya masih diselidiki.

 

Laporan tersebut tampak mirip dengan jenis gangguan pembekuan darah yang langka dan tidak biasa, yang menurut pihak berwenang Eropa mungkin terkait dengan vaksin Covid-19 lain yang belum dibersihkan di AS, yakni dari AstraZeneca. AstraZeneca juga telah mengekang vaksinnya di Eropa. Lebih dari 6,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson telah diberikan di AS, sebagian besar tanpa efek samping atau hanya ada efek samping ringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement