Rabu 14 Apr 2021 06:39 WIB

PBB Kirim 36 Truk Bantuan Kemanusiaan ke Suriah

Gencatan senjata kerap dilanggar di Idlib.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Anak-anak bermain reruntuhan bangunan di kota Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)
Foto: AP
Anak-anak bermain reruntuhan bangunan di kota Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)

REPUBLIKA.CO.ID, HATAY -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (13/4) mengirim 36 truk bantuan kemanusiaan ke Provinsi Idlib di barat laut Suriah. Truk-truk itu menyeberang ke Idlib melalui gerbang perbatasan Cilvegozu di Provinsi Hatay, selatan Turki.

Bantuan tersebut akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan di Idlib dan sekitarnya. Suriah telah dilanda perang saudara sejak awal 2011, ketika rezim Assad menindak pengunjuk rasa pro-demokrasi.

Baca Juga

Menurut perkiraan PBB, ratusan ribu orang telah tewas dan lebih dari 10 juta  warga mengungsi. Idlib termasuk dalam zona de-eskalasi yang ditempa berdasarkan kesepakatan antara Turki dan Rusia.  Daerah tersebut telah menjadi subjek berbagai perjanjian gencatan senjata, yang sering dilanggar oleh rezim Assad dan sekutunya.

Sebelumnya pada Maret lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mendesak Dewan Keamanan PBB untuk membuka kembali penyeberangan perbatasan ke Suriah yang diblokir oleh Rusia. Blinken mengatakan, kekuatan dunia semestinya malu karena bergerak lambat dalam mengatasi krisis di Suriah.

Blinken menyerukan pembukaan kembali penyeberangan di Bab al-Salam, yang terletak di perbatasan Turki, dan Al-Yarubiyah di perbatasan Irak. Blinken mengatakan, melalui perbatasan tersebut dapat memasok bantuan bagi masing-masing empat juta dan 1,3 juta warga Suriah.

“Mari kita buka lebih banyak jalur untuk mengirimkan makanan dan obat-obatan kepada rakyat Suriah,” kata Blinken, dilansir Aljazirah, Selasa (30/3).

“Dan jangan menekan pengungsi Suriah untuk kembali sampai mereka merasa dapat melakukannya dengan aman dan bermartabat,” kata Blinken menambahkan.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan yang digelar secara virtual pada Senin (29/3), Blinken menyuarakan kemarahan atas penderitaan Suriah yang berkelanjutan selama 10 tahun. Blinken mengatakan, kehidupan orang-orang Suriah bergantung pada bantuan internasional. Oleh karena itu pintu-pintu penyeberangan untuk menyalurkan bantuan harus dibuka secara luas.

"Kehidupan orang-orang di Suriah bergantung pada bantuan yang mendesak. Kami harus melakukan segala daya kami untuk menciptakan jalan bagi bantuan itu untuk menjangkau mereka untuk membuka jalur, bukan menutupnya," kata Blinken.

Pasokan bantuan yang disalurkan oleh PBB ke Suriah hanya dapat masuk melalui satu penyeberangan yaitu Bab al-Hawa di perbatasan Turki. Rusia sebagai pemegang hak veto, menutup penyebrangan lain dengan alasan melanggar kedaulatan pemerintah Damaskus. Rusia merupakan sekutu Presiden Bashar al-Assad.

"Kedaulatan tidak pernah dimaksudkan untuk menjamin hak pemerintah manapun untuk membuat orang kelaparan, mencabut obat-obatan yang menyelamatkan nyawa, mengebom rumah sakit atau melakukan pelanggaran hak asasi manusia lainnya terhadap warga negara," kata Blinken, merujuk pada serangan Rusia pada pekan lalu di dekat penyeberangan Bab al-Hawa yang mengganggu distribusi pengiriman bantuan ke Suriah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement