Keluarga Saudi Sambut Ramadhan dengan Optimisme

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani

Selasa 13 Apr 2021 19:38 WIB

Dekorasi Ramadhan khayamiya. Warga Arab Saudi umumnya menghias rumah dengan khayamiya untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Foto: arab news Dekorasi Ramadhan khayamiya. Warga Arab Saudi umumnya menghias rumah dengan khayamiya untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Satu tahun yang lalu, setiap keluarga di Arab Saudi tidak dapat merayakan Ramadhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Suasana riuh rumah dengan berkumpulnya keluarga hingga ibadah sholat bersama yang tidak bisa lagi dirasakan.

Namun tahun ini, suasana Ramadhan berangsur membaik dengan banyaknya keluarga yang menghias rumahnya atau beragam dekorasi yang dipajang di depan rumah. Kondisi Ramadhan sudah berlangsung seperti suasana sebelum pandemi, meski beragam upaya pencegahan tetap dilakukan.

Dilansir dari Arab News, warga Saudi hingga para pejabat berbondong-bondong ke pasar untuk mengisi rumah mereka dengan barang-barang Ramadhan favorit mereka, seperti bahan makanan, dekorasi, dan tentu saja fanoo yang terkenal.  Tapi sisa-sisa Ramadhan tahun lalu yang sepi dan suram, pertemuan keluarga yang biasanya diganti dengan pertemuan biasa-biasa saja di layar komputer, masih mengintai di benak semua orang.

Ramadhan adalah momen tahunan yang menggembirakan bagi umat Islam di mana pun, tapi Ramadhan jadi bulan yang kelam di tahun 2020. Karena lock down nasional, bulan suci tidak terlihat seperti biasanya saat itu. Kondisi yang jauh dari Ramadhan 2019, hampir enam bulan sebelum kasus resmi pertama Covid-19 diumumkan di provinsi Wuhan, Cina.  Kurang dari setahun sebelum kekacauan dan kebingungan terjadi.

“Tidak pernah dalam mimpi terliar saya berpikir bahwa saya akan menghabiskan Ramadhan jauh dari anak-anak dan cucu saya,” kata Um Mohammed Zain Al-Abedeen kepada Arab News.  

Um Mohammed adalah nenek dan nenek buyut di keluarganya telah menjalankan perannya selama beberapa dekade untuk mengisi rumahnya pada hari pertama Ramadhan dengan setiap anggota keluarganya. Sebuah ritual yang bahkan menantu dan keluarga besarnya menjadi bagian darinya.

“Ada saat-saat ketika rumah itu dipenuhi dengan lebih dari 60 anggota keluarga dan keluarga besar. Dan tidak ada yang membuat hati saya lebih bahagia daripada melihat rumah saya dipenuhi dengan orang-orang yang paling saya cintai dan sayangi,” katanya.

Saat menyebutkan Ramadhan tahun lalu, kesedihan memenuhi wajahnya.  Berhenti sejenak selama beberapa detik sebelum melanjutkan, dia menarik napas dalam-dalam dan berkata bahwa ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya dia harus menghabiskan hari pertama Ramadhan sendirian.

“Itu adalah saat tersulit dalam hidup saya, dan saya telah melihat banyak hal dan kehilangan banyak orang yang saya cintai.  Pandemi ini membebani hati saya, ”katanya.

Dia menjelaskan bahwa dia telah kehilangan seorang saudara laki-laki karena Covid-19 dan bahwa cucunya juga telah terinfeksi. Nenek buyut tidak sendirian dalam kesedihannya, karena ada 34 juta penduduk Saudi turut merasakan kesedihannya.

Kerajaan memberlakukan jam malam nasional selama Ramadan tahun lalu. Langkah tersebut diambil dalam rangka upaya Arab Saudi memerangi Covid-19 dan melindungi kesehatan masyarakat.