Sidang Isbat, Penentuan Hingga Metode Penanggalan Islam

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah

Senin 12 Apr 2021 16:01 WIB

Sidang Isbat, Penentuan Hingga Metode Penanggalan Islam. Tim Rukyatul Hilal Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu melihat posisi bulan dengan teleskop terprogram saat pengamatan hilal untuk menentukan Idul Fitri di Pantai Tapak Paderi, Bengkulu, Jumat (22/5/2020). Tim Rukyatul Hilal Bengkulu tidak melihat bulan dalam kegiatan itu karena kondisi cerah namun berawan dan bersadarkan keputusan sidang isbat awal Syawal 1441 Hijriah yang digelar Kementerian Agama di Jakarta menetapkan Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Minggu, 24 Mei 2020 Foto: ANTARA/DAVID MUHARMANSYAH/ Sidang Isbat, Penentuan Hingga Metode Penanggalan Islam. Tim Rukyatul Hilal Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu melihat posisi bulan dengan teleskop terprogram saat pengamatan hilal untuk menentukan Idul Fitri di Pantai Tapak Paderi, Bengkulu, Jumat (22/5/2020). Tim Rukyatul Hilal Bengkulu tidak melihat bulan dalam kegiatan itu karena kondisi cerah namun berawan dan bersadarkan keputusan sidang isbat awal Syawal 1441 Hijriah yang digelar Kementerian Agama di Jakarta menetapkan Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Minggu, 24 Mei 2020

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang Bulan Suci Ramadhan atau hari raya, masyarakat Indonesia rasanya tak asing dengan istilah sidang isbat. Namun, pemahaman mayoritas publik mengenai hal ini perlu diakui masih terbatas.

Sesuai bahasa, isbat mengandung tiga arti, penyuguhan, penetapan dan penentuan. Dari kata-kata tersebut, kita tahu isbat tidak hanya diterapkan untuk penetapan tanggal Islam, namun juga untuk berbagai keperluan lainnya.

Baca Juga

Mengutip buku Catatan Ramadhan: Kumpulan Essai oleh Kholid A Harras, sidang isbat memang diakuinya juga sering dikaitkan dengan penanggalan hari, selain dari isbat nikah.  Dalam bukunya, perkara sidang isbat, bisa dijelaskan dengan kedatangan penuntut yang meminta haknya. Jika dipenuhi Majelis hakim sesuai ketetapan syar’i, maka hakim bisa mencegah penolakan terhadap haknya dan mengabulkan tuntutan.

Ibarat terdakwa yang harus divonis segera dalam persidangan, isbat, tidak lain adalah hilal. Berdasarkan istilah Arab, hilal adalah bulan sabit tipis yang baru tampak setelah mengalami konjungsi setelah matahari terbenam.

Metode Penentuan

Penentuan hilal Ramadhan dan Syawal biasanya dilakukan lembaga hisab. Organisasi Rukyatul Hilal di Indonesia ada dua, Rukyatul Hilal Indonesia dan Napak Hilal Indonesia. 

Merujuk pada penanggalan melalui sidang isbat, hilal sangat diperlukan. Biasanya, hilal diamati pada hari ke-29 penanggalan Islam untuk menentukan apakah hari berikutnya sudah mengalami pergantian bulan atau belum.

Dalam menggunakan metode penentuannya, yang paling umum dilakukan di Indonesia adalah rukyat (ru’yatul hilal) dan hisab. Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadi ijtimak (konjungsi). Rukyat, adalah metode yang bisa dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. 

Lebih jauh, penentuan hilal menggunakan metode hisab adalah berdasarkan perhitungan astronomi dan matematik. Metode ini diijtihadi penggunaannya oleh ormas Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad dan beberapa lainnya.

Dengan menggunakan ilmu matematika dan astronomi dan ditunjang dengan ilmu komputer, kita akan bisa mengetahui penanggalan lebih jauh. Bahkan, menghitung kalender hijriyah pun bisa dilakukan untuk berpuluh-puluh tahun mendatang.

Kedua metode ini, biasanya diamati saat matahari terbenam, mengingat cahaya hilal yang sangat redup dibanding matahari terbenam. Demi meminimalisasi risiko kesalahan pengamatan, Kementerian Agama yang memerintahkan pengamatan hilal, menempatkan setidaknya 80 titik pengamatan.

Titik-titik itu tersebar di seluruh Indonesia. Setelah hasil dari titik-titik itu diterima, maka akan disimpulkan dan bisa menentukan kapan Ramadhan atau Syawal.