Senin 12 Apr 2021 15:32 WIB

Mahasiswa UMM Rancang Prototipe Aplikasi Kesehatan Mental

Prototipe aplikasi PAUT.ID sendiri memiliki banyak fitur.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
  Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Clara Demmy Dwi Anisha Imansari, bersama tim mengikuti Inovasi Health Hackathon 2021 pada akhir Maret lalu.
Foto: Dokumen.
Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Clara Demmy Dwi Anisha Imansari, bersama tim mengikuti Inovasi Health Hackathon 2021 pada akhir Maret lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ada banyak ide inovasi bisa ditemukan dari lingkungan sekitar. Tak terkecuali dari sejumlah fenomena yang terjadi selama pandemi Covid-19.

Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Clara Demmy Dwi Anisha Imansari, merupakan salah satu generasi muda yang tetap produktif selama masa Covid-19. Ia dan tim berhasil merancang prototipe dari aplikasi berbasis kesehatan mental.

Aplikasi yang dinamakan PAUT.ID ini bahkan berhasil meraih juara satu pada lomba Inovasi Health Hackathon 2021 pada akhir Maret lalu. Awalnya, Clara hanya sekadar iseng untuk mengikuti lomba Inovasi Health Hackathon 2021.

Ia membuka email lalu mencoba mendaftarkan diri di hari terakhir pendaftaran. Setelah itu, para peserta dibagi ke dalam 20 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas lima anggota dari beberapa universitas.

Clara dikelompokkan dengan mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Universitas Nusa Cendana (UNDANA), Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Tema perlombaan telah ditentukan oleh panitia dengan mengusung masalah Covid-19. Clara dan tim sempat merasa bingung untuk membahas tema tersebut. Setelah berdiskusi, tim akhirnya menentukan masalah kesehatan mental untuk diikutkan dalam lomba.

"Karena kita sadar pandemi Covid-19 itu kan banyak banget tenaga medis atau masyarakat umum yang mengalami mental. Dari situ latar belakang kita ambil kesehatan mental," kata mahasiswa asal Malang tersebut.

Para peserta lomba hanya mendapatkan waktu dua pekan untuk menghasilkan karya. Jadwal ini termasuk kegiatan konsultasi bersama dengan para mentor. Seluruh kegiatan lomba termasuk diskusi dengan rekan tim sekalipun dilaksanakan secara daring.

Ia mengaku sempat mengalami kendala dalam proses pengerjaan karya. Pertama, para anggota kelompok sama-sama memiliki banyak tugas di kampus masing-masing. Selain itu, juga terkendala dengan sistem komunikasi mengingat mereka berada di lokasi yang berbeda.

Proses pengerjaan karya benar-benar sangat terbatas. Tim hanya mampu mengerjakan tugas lomba saat malam hari. "Dan waktu itu cuma empat hari sebelum acara, H-4 sudah selesai. Itu benar-benar merampungkan segalanya," ujar dia.

Tim setidaknya mampu menyelesaikan karyanya selama empat hari. Semua ini dapat dilakukan karena tim telah menerapkan sistem pengerjaan dengan baik. Salah satunya dengan menentukan tugas berbeda pada masing-masing anggota tim.

"Jadi pembagian tim itu awalnya cuma berpikir mending kita bikin gambarannya saja. Enggak usah bikin aplikasi karena lumayan ribet apalagi kita juga sudah termasuk diburu waktu juga. Ya di situ benar-benar ngejar hanya tiga hari untuk menyelesaikan," ungkap dia.

Prototipe aplikasi PAUT.ID sendiri memiliki banyak fitur, salah satunya bagian chat. Pada bagian ini, pengguna bisa berkomunikasi dengan sesamanya. Ada pula fitur konsultasi di mana pengguna dapat berdiskusi dengan psikolog dan para pakar di kesehatan mental.

Kemudian terdapat juga fitur daily activity yang bisa dibagikan pengguna. Dengan adanya prototipe PAUT.ID, Clara berharap, semakin banyak masyarakat yang sadar dengan kesehatan mental. Mereka tidak ragu lagi untuk mencari pertolongan mengenai masalah mental.

Pasalnya, selama ini banyak masyarakat yang belum menerima dengan baik problematika itu. "Dari situ kita berusaha berikan wadah, bagaimana mereka bisa ngobrol dengan orang mungkin yang punya latar yang sama. Bisa sharing, karena tidak semua orang nyaman untuk cerita dengan orang lain," jelasnya.

Clara dan tim mengaku belum memiliki rencana untuk mengembangkan prototipenya. Saat ini tim masih sibuk dengan kegiatan kuliah masing-masing. Apalagi untuk membuat aplikasi seutuhnya membutuhkan biaya lebih besar.

Lomba ini merupakan lomba pertama yang Clara ikuti. Dia mengaku tidak menyangka bisa memenangkan lomba tersebut. Meski demikian, dia tetap merasa senang dan berharap bisa mengikuti lomba kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement