Senin 12 Apr 2021 13:40 WIB

Polri: KKB Gunakan Alasan Klasik Tembak Guru di Boega

Alasan klasik tersebut, menurut kepolisian, yakni memfitnah dua guru sebagai intel.

Ilustrasi Garis Polisi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ilustrasi Garis Polisi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Humas Satgas Nemangkawi Kombes M. Iqbal Alqudussy mengatakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menggunakan alasan klasik untuk melakukan aksi kekerasan hingga menembak dua orang guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Alasan klasik tersebut, yakni memfitnah dua guru sebagai intel.

"Buktinya apa Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan itu intel? Itu semua hanya alasan klasik mereka (KKB-red) untuk menggiring opini publik supaya aksi teror mereka dimaklumi," kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (12/4).

Baca Juga

KKP pimpinan Nau Waker, yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Mimika sejak 2018, bertanggung jawab atas penembakan itu. Kasus penembakan terhadap guru di Beoga menyebabkan dua orang guru meninggal dunia, yakni Oktovianus Rayo (42) pada Kamis (8/4) dan Yonathan Rande ditembak pada Jumat (9/4). 

Selain itu, KKP pimpinan Nau Waker juga melakukan pembakaran tiga sekolah di Beoga. Menurut Iqbal, modus KKB di Papua sekarang ini, yakni membunuh, membakar, dan menembaki masyarakat sipil pendatang, kemudian melakukan mempublikasikannya di media sosial sebagai kebanggaan, dan menyangkal bahwa korban sipil tersebut merupakan masyarakat tidak bersalah. 

Ia mengatakan, kesimpulan tersebut berdasarkan kejadian sebelumnya pada 22 Mei 2020. Kala itu, ada tenaga medis Covid-19 yang ditembak dan dilabeli intel oleh KKB Papua. 

Modus seperti itu kembali terulang, namun menimpa guru di Beoga, Kabupaten Puncak Papua.Tidak hanya itu, lanjut Iqbal, merampok uang dilakukan kepada pendatang karena kini KKB tidak kebagian dana Otonomi Khusus (Otsus) dari pemerintah daerah. 

Akibat larangan tegas Kemendagri kepada kepala daerah yang menyalahgunakan dana Otsus Papua, KKB juga memfitnah Mendagri Tito Karnavian yang difitnah akan menghabisi masyarakat asli Papua. Hal ini bertentangan dengan fakta bahwa dana otonomi khusus sangat melimpah hanya untuk membangun Papua.

Iqbal menegaskan, aksi teror dalam bentuk apapun tidak dibenarkan apalagi hingga menghilangkan nyawa warga. "Alm Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan ini hanya guru yang tinggal di sini dengan niat mulia mencerdaskan anak-anak Kabupaten Puncak, Papua. Siapapun yang berhati nurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut," ujar Iqbal.

Sementara itu, modus dan fitnah-fitnah tidak mendasar yang digunakan KKB untuk melakukan aksi kriminal terhadap masyarakat dan pemerintah telah terbaca oleh media asli di wilayah Papua. "Modus KKB mengancam kios-kios pendatang untuk menyerahkan uang Rp20 juta per kiosnya" ujar RS salah satu awak media Papua yang dirahasiakan identitasnya.

Dalam baku tembak yang terjadi antara Satgas Operasi Nemangkawi dengan KKB, polisi menyatakan, KKB melakukan aksi teror dengan membakar helikopter yang sedang dalam perbaikan milik PT. Ersa Air, terparkir di Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak, Ahad (11/4) malam. Aparat keamanan TNI-Polri telah mengetahui KKB yang melakukan aksi brutal antara lain, yakni Prenggen Telenggen, Abu Bakar Kogoya, Lerymayu Telenggen, dan Numbuk Telenggen.TNI-Polri sedang memburu kelompok tersebut dan menindak tegas KKB yang melakukan aksi brutal di Ilaga.

Sementara itu saat ini warga sekitar sudah mengungsi ke pos TNI di Beoga dan akan segera dievakuasi ke Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement