KJRI Frankfurt Gelar Pengajian Daring Sambut Ramadhan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Esthi Maharani

Sabtu 10 Apr 2021 17:48 WIB

Ustadz Imam Shamsi Ali Foto: Republika/Mahmud Muhyidin Ustadz Imam Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT - Konsulat Jenderal RI (KJRI) Frankfurt di Jerman bekerja sama dengan Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCIM) se-Eropa dan pihak-pihak lain menyelenggarakan pengajian daring. Adapun pengajian tersebut bertajuk "Persiapan Ramadhan dan Perkembangan Dakwah di Negara Barat di tengah Pandemi" pada Rabu (07/04) waktu setempat.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Nusantara Foundation, Ustaz Shamsi Ali atau yang lebih dikenal dengan Imam Shamsi Ali hadir secara daring sebagai narasumber. Dalam sambutannya, Shamsi Ali mengajak umat Muslim peserta pengajian untuk menjadikan puasa pada bulan Ramadhan nanti sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Allah SWT.

"Jadikan bulan Ramadhan sebagai momen untuk spiritual transformation, bertransformasi menjadi manusia yang lebih baik. Insya Allah jika hati dan pikiran kita terhubung dengan Allah SWT melalui puasa dan ibadah di bulan Ramadhan nanti, kita akan memiliki motivasi hidup yang luar biasa dan bisa menghadapi tekanan dari pandemi yang sedang terjadi," ujarnya dalam keterangan pers KJRI Frankfurt.

Konsul Jenderal RI di Frankfurt, Acep Somantri dalam sambutannya menyatakan kesiapannya untuk mendukung berbagai kegiatan Ramadhan yang diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia di wilayah kerja. "Saya siap untuk melakukan Safari Ramadhan ke berbagai kota untuk mengunjungi dan bersilaturahmi dengan masyarakat Indonesia pada bulan Ramadhan nanti," ujar dia.

"Tentunya jika situasi sudah memungkinkan dan dengan menerapkan protokol kesehatan," ujarnya menambahkan.

Wilayah Kerja KJRI Frankfurt mencakup enam negara bagian yang terletak di sebelah selatan Jerman yaitu Hesse, Baden Württemberg, North Rhine Westphalia, Bavaria, Rhineland Palatinate dan Saarland. Jumlah WNI di wilayah kerja KJRI Frankfurt tercatat 14.305 orang. Ini merupakan jumlah terbesar di wilayah Eropa setelah Belanda dan Inggris.