Jumat 09 Apr 2021 13:58 WIB

Junta Myanmar: Ini Bukanlah Kudeta!

Junta Myanmar menyalahkan demonstran atas meninggalnya ratusan orang.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran muda menunjukkan simbol perlawanan tiga jari selama serangan topeng anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Minggu, 4 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer mundur. dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.
Foto: AP
Demonstran muda menunjukkan simbol perlawanan tiga jari selama serangan topeng anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Minggu, 4 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer mundur. dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Juru bicara militer Myanmar, Mayjen Zaw Min Tun menegaskan, apa yang dilakukan oleh militer bukanlah kudeta. Tindakan militer adalah dalam upaya untuk menyelamatkan negara.  "Ini bukanlah kudeta," ujar Min Tun dalam wawancara dengan CNN yang dipublikasikan, Kamis (8/4).

Seperti diketahui Aung San Suu Kyi digulingkan oleh militer pada awal Februari lalu. Militer mengklaim telah terjadi kecurangan dalam pemilu. Tudingan kecurangan ini telah dibantah oleh kubu Suu Kyi.

Baca Juga

Dalam satu sesi wawancara, Min Tun mengatakan, jika ayah Suu Kyi, Jenderal Aung San sebagai pendiri bangsa masih hidup, maka ia akan mengatakan, "Kamu sangat bodoh putriku."

Pihak militer juga enggan bertanggung jawab atas jatuhnya korban anak pada aksi keras aparat keamanan kepada para pendemo penentang kudeta. Menurutnya, pertumpahan darah di jalan-jalan yang telah menewaskan sedikitnya 600 orang adalah kesalahan dari pengunjuk rasa yang rusuh.

"Di beberapa tempat mereka memprovokasi anak-anak untuk ikut dalam kerusuhan kekerasan. Karena itu mereka bisa terkena pukulan ketika aparat keamanan menindak massa," kata Min Tun.

Menurut UN Children's Fund, sekurangnya 46 anak terbunuh sejak kudeta 1 Febuari. CNN juga telah mendokumentasikan kejadian anak-anak ditembak di rumah mereka atau saat mereka bermain di luar rumah.

Di antara anak-anak yang tewas di tangan aparat keamanan Myanmar, yakni Kyaw Min Latt (17 tahun), Htoo Myat Win (13 tahun), dan Tun Tun Aung (14 tahun). Juru bicara militer menyalahkan pengunjuk rasa karena menggunakan anak-anak di garis depan gelombang demo.

"Tidak ada alasan kami akan menembak anak-anak, ini hanya teroris yang mencoba membuat kami terlihat buruk," ujar dia.

Dia mengatakan, tidak mungkin seorang anak ditembak di dalam rumah mereka dan penyelidikan akan dilakukan jika itu yang terjadi. Video yang diunggah di media sosial menguatkan bahwa pasukan keamanan telah menembak ke rumah-rumah.

Ayah Htoo Myat Win mengatakan, putranya ditembak ketika beberapa peluru menghancurkan jendela kaca di rumahnya di kota Shwebo pada 27 Maret. "Saya menghindari peluru tetapi anak saya datang ke jendela kaca dan tertabrak," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement