Jumat 09 Apr 2021 13:15 WIB

Rekor Covid-19 India dan Dampaknya ke Stok Vaksin Indonesia

India harus memprioritaskan produksi vaksin bagi kebutuhan dalam negeri.

Dua warga India sedang menunggu bus di Bangalore, India. Pada Jumat (9/4), India melaporkan kasus virus corona tertinggi selama tiga hari berturut-turut. Dalam 24 jam India mencatat lebih dari 100 ribu kasus.
Foto: EPA
Dua warga India sedang menunggu bus di Bangalore, India. Pada Jumat (9/4), India melaporkan kasus virus corona tertinggi selama tiga hari berturut-turut. Dalam 24 jam India mencatat lebih dari 100 ribu kasus.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Antara

Sejumlah negara di dunia dilaporkan memasuki fase gelombang ketiga Covid-19. Salah satu negara yang tercatat kenaikan kasus tertinggi selama beberapa hari terakhir adalah India.

Baca Juga

Hari ini, Jumat (9/4), India bahkan mencatat rekor peningkatan kasus Covid-19 selama tiga hari berturut-turut. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, India mencatat 131.968 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam. Sementara kematian akibat virus naik jadi 780 menjadi 167.642 jiwa.

Dengan penghitungan keseluruhan sebesar 13,06 juta, beban kasus keseluruhan di India adalah yang tertinggi ketiga secara global. Sedangkan Amerika Serikat (AS) masih yang tertinggi dalam jumlah kasus dan kematian akibat virus corona tipe baru.

India sempat memberlakukan lockdown nasional pada masa awal pandemi memasuki negara itu. Hal ini berdampak pada ekonomi, tetapi telah meminta negara bagian untuk memutuskan memberlakukan pembatasan lokal untuk menahan penyebaran virus.

India memulai program vaksinasi pada Januari. Sejauh ini, lebih dari 90 juta pekerja kesehatan dan orang India yang berusia lebih dari 45 tahun telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin Covid-19. Hanya 11 juta dari mereka yang menerima kedua dosis tersebut saat India mencoba membangun kekebalan untuk melindungi hampir 1,4 miliar penduduknya.

Dalam perkembangan terbaru, Panel ahli pemerintah tengah menyelidiki kasus pembekuan darah domestik, bahkan yang ringan, sebagai efek samping dari dua vaksin Covid-19 yang diberikan di India. India saat ini mengelola vaksin Covid-19 AstraZeneca, yang diproduksi oleh Serum Institute dan bermerek Covishield, dan suntikan yang dikembangkan oleh Bharat Biotech yang disebut Covaxin.

Peninjauan tersebut dilakukan setelah regulator obat Eropa mengatakan, pada Rabu bahwa pihaknya menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin AstraZeneca dan masalah pembekuan darah yang jarang terjadi pada orang dewasa yang telah menerima suntikan, meskipun itu menambahkan manfaat vaksin masih lebih besar daripada risikonya.

India mengandalkan vaksinasi untuk membantu menahan rekor lonjakan kasus pada gelombang kedua. "Kami melihat efek samping dari pembekuan darah yang telah terlihat pada orang yang menerima Covishield dan Covaxin, bahkan jika itu kasus yang ringan," kata seorang sumber kepada Media Keuangan India, Mint.

Mint menambahkan, bahwa laporan tentang itu kemungkinan akan siap oleh minggu depan. Menyusul pengumuman Eropa, beberapa negara telah mengumumkan pembatasan penggunaan vaksin AstraZeneca pada kaum muda.

Kenaikan kasus baru yang jumlahnya sangat tinggi itu membuat India berpotensi menjadi pusat penyakit Covid-19. "India adalah episentrum virus corona sekarang,” kata Harjit Singh Bhatti selaku presiden dari Progressive Medicos & Scientists Forum dilansir dari Arab News.

"Ini adalah episentrum virus di dunia, karena tidak ada kasus yang meningkat dengan alarm yang mengancam seperti itu," kata Harjit.

Harjit menyalahkan pemerintah atas lambatnya respons dalam memvaksinasi publik. Ia juga mengeluhkan tidak ketatnya penegakan protokol Covid-19.

Sedangkan Presiden Asosiasi Dokter Residen dari Institut Ilmu Kedokteran Seluruh India, Adarsh ​​Pratap Singh, mengatakan masyarakat menjadi ceroboh tentang Covid-19. Ia menilai sikap ini telah menyebabkan peningkatan kasus.

"India mungkin akan meledak jika varian corona mencapai pedesaan," ujar Adarsh.

Adarsh juga menyoroti makin banyaknya varian Covid-19 yang kian membuat masyarakat resah. "Karena mobilitas masyarakat meningkat, maka kasus-kasus yang meningkat tidak dapat dikesampingkan," lanjut Adarsh.

photo
Vaksin AstraZeneca - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement