Kamis 08 Apr 2021 19:39 WIB

Dibalik Pawai Emas Raja-Raja Mesir

Mesir mengangkut 22 mumi kuno melalui Kairo ke museum nasional baru

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Esthi Maharani
Mumi di Mesir
Foto: Google.com
Mumi di Mesir

IHRAM.CO.ID, KAIRO -- Dalam upacara megah yang disaksikan oleh ratusan juta orang di seluruh dunia, Mesir mengangkut 22 mumi kuno melalui Kairo ke museum nasional baru pada hari Ahad (4/4). Parade mewah bahkan disebut Pawai Emas.

Sebanyak 18 mumi raja dan empat ratu dipindahkan dari Museum Mesir di Kairo tengah, tempat mereka dipamerkan sejak awal 1900-an, ke museum baru enam kilometer ke selatan, Museum Nasional Peradaban Mesir. Museum tersebut terletak di Fustat, Ibu kota Islam Mesir pertama.

Prosesi para pemain kerajaan dalam kostum dan kereta tradisional dimainkan berdasarkan sentimen nasionalis dan kepentingan sejarah Mesir, ketika mereka yang mengikuti acara tersebut menyaksikan mumi raja dan ratu yang berusia lebih dari tiga milenium, perlahan-lahan berparade ke rumah baru mereka.

Namun yang dilupakan dalam keriuhan adalah orang-orang Mesir yang hidupnya terbalik, kerusakan tambahan dari proyek regenerasi yang luas dan kontroversial yang dimaksudkan untuk merenovasi Kairo Tua Mesir.

Saat parade 40 menit bergulir ke selatan dari Tahrir Square Kairo ke Fustat, parade itu melewati reruntuhan lingkungan pemukiman yang dibongkar. Pemerintah Mesir sedang melibas distrik kelas bawah untuk membangun beberapa kompleks pariwisata dengan hotel bintang 5, kafe, restoran, dan Museum Nasional Peradaban Mesir, tempat para mumi sekarang beristirahat.

Tidak ada angka resmi yang dirilis, tetapi perkiraan kasar menunjukkan ratusan keluarga telah terpengaruh sejak lingkungan itu dibongkar pada 2019. Dilansir di Middle East Eye, Kamis (8/4) disebutkan bahwa sementara beberapa ditawari pilihan perumahan alternatif, yang lain secara paksa diusir dari rumah mereka, ditangkap, diancam, dan bahkan berakhir di jalan.

Salah satu pemukiman, Magra El Oyoun yang terletak di daerah bersejarah Fustat di Kairo Lama, di selatan kota, yang membentang hingga benteng Salah al-Din abad ke-12. Daerah itu telah ditinggalkan tanpa pengawasan dan diabaikan selama bertahun-tahun, menyebabkan pembangunan beberapa bangunan ilegal dan rumah sementara. Penghancuran di daerah tersebut dimulai pada tahun 2016.

Mostafa berdiri menyaksikan rumahnya dihancurkan Februari ini. Dia telah tinggal di sana bersama enam keluarganya sejak 2001. Mereka harus mengungsi dan sekarang tinggal di Giza, di sisi barat Sungai Nil, di sebuah flat sewaan yang jauh lebih kecil.

Menurut sebuah sumber di Kementerian Pembangunan Daerah, sembilan kawasan kelas pekerja, atau daerah kumuh sebagaimana pemerintah menyebutnya, sedang dalam perjalanan menuju Fustat yang baru diremajakan, sebuah tujuan wisata baru di tengah Kairo Lama.

Mesir sangat ingin menarik turis asing dan investasi berbasis hiburan setelah kekacauan politik yang cukup besar pada 2013 dan jatuhnya pesawat penumpang Rusia pada 2015. Tetapi untuk menerapkan strategi mereka, kehidupan penduduk kelas pekerja sangat terpengaruh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement