Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengingatkan umat Islam untuk menyambut bulan Ramadhan dengan terlebih dahulu menyucikan diri dari dosa dan bertobat dari semua kesalahan masa lalu. Bersihkan hati sebelum bertemu dengan bulan suci. Dengan begitu, Ramadhan tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan kuantitas ibadah, tapi juga kualitas penghambaan kita kepada Allah SWT.
Ramadhan adalah sekolah untuk menggembleng spiritualitas. Ibadah puasa menjadi sarana untuk meningkatkan religiositas. Pencapaian akhir yang diharapkan adalah ketakwaan kepada Allah SWT.
Berkaitan dengan itu, Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai mana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS al-Baqarah:183).
Buah dari puasa adalah takwa. Derajat takwa tidak akan bisa dicapai jika hanya mengandalkan puasa jasmani semata. Puasa yang dimensinya hanya ritual formal. Puasa semacam ini disebut Imam alGhazali sebagai puasa awam.
Barangkali puasa seperti inilah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW, "Banyak orang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa pun dari puasanya kecuali rasa lapar saja." (HR Imam Ahmad). Dalam berpuasa, kita tidak hanya berfokus pada dimensi ritual formal, tetapi juga harus memperhatikan dimensi spiritual.
Dalam berpuasa, kita harus mampu menahan lapar, dahaga, nafsu, pancaindra, dan juga menghindari apa saja yang dilarang hati nurani. Di tahap itulah akal dan pikiran kita juga mesti ikut berpuasa. Wallahu a'lam.
PENULIS: Abdillah