Kamis 08 Apr 2021 15:16 WIB

Turun 4,1 Persen, IHSG Maret Tertekan Yield Obligasi AS

Sejak awal tahun, IHSG hanya menguat tipis 0,1 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sepanjang Maret lalu. Secara bulanan, IHSG terkoreksi sebesar 4,1 persen setelah sebelumnya di bulan Februari menguat 6,5 persen.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sepanjang Maret lalu. Secara bulanan, IHSG terkoreksi sebesar 4,1 persen setelah sebelumnya di bulan Februari menguat 6,5 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sepanjang Maret lalu. Secara bulanan, IHSG terkoreksi sebesar 4,1 persen setelah sebelumnya di bulan Februari menguat 6,5 persen. Sementara sejak awal tahun, IHSG hanya menguat tipis 0,1 persen.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, mengatakan pergerakan IHSG bulan lalu diwarnai oleh sejumlah sentimen negatif. Salah satunya yaitu mayoritas rilis data ekonomi Indonesia di bulan Maret masih minim perbaikan yang signifikan. 

Baca Juga

"Sehingga, para pelaku pasar cenderung berhati-hati untuk melakukan strategi investasi," kata Roger di acara Mirae Asset Media Day, Kamis (8/4).

Selain itu, kenaikan imbal hasil obligasi AS turut menekan laju pergerakan pasar saham. Kekhawatiran akan terajadinya tapering dan kenaikan suku bunga acuan di AS, seiring perbaikan ekonomi AS dan peningkatan inflasi, membuat investor asing melakukan kalkulasi ulang terhadap porsi investasinya di negara berkembang. 

Menurut Roger, hal ini berdampak pada penguatan nilai tukar dolar AS terhardap mayoritas mata uang di dunia. Di Indonesia, efek dari kenaikan imbal hasil obligasi AS telah membuat pergerakan nilai tukar rupiah melemah hingga Rp14.500 per dolar AS. 

Dari 11 sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), menurut Roger, terdapat delapan sektor yang mengalami pelemahan selama di bulan Maret dan tiga sektor lainnya mengalami penguatan. Pelemahan saham-saham big cap seperti BBCA dan BBRI menjadi pemberat pergerakan IHSG. 

Sektor yang memiliki performa terbaik sepanjang bulan lalu adalah transportasi dengan motor penggeraknya yaitu saham ASSA yang naik 33,5 persen. Sedangkan sektor dengan performa terburuk yaktu teknologi yang turun 11,6 persen, diikuti basic industry yang turun 8,0 persen. 

Selanjutnya pergerakan harga komoditas juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG di bulan Maret. Kenaikan harga komoditas batu bara menjadi sentimen positif bagi saham yang berkaitan dengan komoditas tersebut. 

Namun untuk komoditas nikel terjadi pelemahan sebesar 13,1 persen. Sehingga saham-saham yanh berkaitan dengan nikel pun tertekan cukup dalam seperti ANTM yang minus 20,8 persen serta INCO yang negatif 27,9 persen. 

Roger mencermati, berita terkait BPJS Ketenagakerjaan yang mengurangi porsi sahamnya juga sempat menekan laju IHSG. Rencana tersebut menyebabkan saham-saham blue chip dilanda aksi jual. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement