REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Meski belum se-populer tanaman hias, menanam buah anggur juga kian digemari masyarakat. Namun, tak ada bibit anggur asli lokal yang bisa ditanam, sehingga harus mengimpor bibit dari luar negeri.
Andrew Ramanda (37 tahun) yang berdomisili di Kota Bekasi, mulai menekuni bisnis bibit anggur sejak satu tahun terakhir. Untuk membuat satu kebun anggur yang menjadi cikal bakal bibit baru, Andrew harus merogoh kocek sebanyak Rp 15 juta. Kini ia sudah memiliki dua kebun.
Harga satu bibit anggur dari Ukraina, ia beli seharga Rp 125 ribu untuk jenis Gift of Zaphorozye Viking (GOZV). Ia lantas menjualnya kembali dengan kisaran harga yang sama.
Perubahan perilaku masyarakat yang terjadi selama pandemi Covid-19, juga memberi berkah tersendiri bagi Andrew. Sebab, melalui perkebunan 'Toekang Anggoer' yang ditekuninya sekarang banyak permintaan konsumen yang ingin bercocok tanam di rumah.
"Kalau anggur memang belum se-populer tanaman hias aglonema, tetapi peminatnya sudah cukup ramai," ujarnya saat ditemui Republika, Rabu (7/4).