Kamis 08 Apr 2021 05:23 WIB

Persaudaraan Muslim di Flores Timur

Patipelang dikisahkan warga sebagai penyebar agama Islam di pesisir Flores Timur.

Seorang warga mencari barang di sebuah rumah yang hancur akibat diterjang banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa (6/4/2021). Menurut Pemerintah Kabupaten Flores Timur, pencarian terhadap korban banjir bandang yang hilang terkendala akibat masih minimnya alat berat di Adonara.
Foto: Kornelis Kaha/ANTARA
Seorang warga mencari barang di sebuah rumah yang hancur akibat diterjang banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa (6/4/2021). Menurut Pemerintah Kabupaten Flores Timur, pencarian terhadap korban banjir bandang yang hilang terkendala akibat masih minimnya alat berat di Adonara.

REPUBLIKA.CO.ID, FLORES TIMUR -- Udara di kawasan pesisir Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, teramat dingin saat Hamid Bonda Atapukan (40) baru saja menyelesaikan Shalat Subuh berjamaah di Masjid Jami Al Maruf, Rabu (7/4) pagi. Jarum panjang jam belum menunjuk angka lima waktu setempat, tetapi kesibukan mulai terlihat di beberapa rumah penduduk Desa Lamhala, pesisir Laut Solor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kompor-kompor dinyalakan, asap-asap mengepul dari dapur. Hamid menghampiri satu per satu tetangganya di lingkungan Rumah Adat Lawaha, Gang Sarajevo, Dusun 4, untuk memastikan seluruh bantuan menuju Desa Waiburak sudah siap diantar.

Baca Juga

"Masyarakat sedang berbondong-bondong antarkan makan buat orang Waiburak. Ada nasi, lauk, minuman, kita masing-masing rumah masak buat mereka. Pagi ini kita turun (menuju Waiburak)," katanya.

Waiburak berjarak sekitar 2,5 kilometer menuju sisi timur Desa Lamhala Jaya melewati Pelabuhan dan Pasar Tradisional Waiwerang Kota. Sudah kali ketiga penduduk di kampung Lamhala membantu sekitar 400 warga Waiburak yang terdampak bencana banjir bandang sejak Ahad (4/4).

Warga Waiburak saat ini mengungsi di Lamhala. Sebanyak 300 jiwa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan 30 jiwa di kantor desa. 

Sebagian lainnya bertahan di Waiburak pada tempat tinggal yang masih berdiri kokoh usai dihantam luapan Kali Mati. Bagi Hamid, para korban bencana di Waiburak seluruhnya adalah saudara. 

Baca juga : Dubes Myanmar untuk Inggris Diusir dari Kedutaan Negara

"Kalau kita runut pertalian saudara kami, pasti ketemu. Mayoritas masih satu darah dan Muslim. Walaupun sebagian ada pendatang dari Sulawesi, Jawa dan sebagian pelosok pegunungan," katanya.

Sebagian ibu-ibu dan remaja menenteng kantong kresek besar berisi bantuan makanan menuju ke Waiburak dengan berjalan kaki.Penerima bantuan, Jabal Sila (70), senang mendapat bantuan makanan dari penduduk Lamhala. 

Sebab sudah tiga hari sejak terjadi bencana, pendatang dari Makassar itu belum terdata sebagai penerima bantuan dari otoritas setempat."Sejak awal kejadian belum ada data penerima bantuan. Baru kemarin saya dapat segelas air minum dan sebungkus mie. Saya marah, kenapa tidak didata dulu, baru dibagikan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement