Rabu 07 Apr 2021 17:55 WIB

Masjid As Salafiyah Simbol Perjuangan Pangeran Jayakarta

Masjid As Salafiyah dibangun untuk menyebarkan dakwah Islam dan melawan penjajah.

 Suasana kesibukan umat Islam pada bulan suci Ramadhan di Masjid As Salafiyah atau biasa disebut juga dengan Masjid Pangeran Jayakarta, Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Senin (30/7). (Aditya Pradana Putra/Republika)
Suasana kesibukan umat Islam pada bulan suci Ramadhan di Masjid As Salafiyah atau biasa disebut juga dengan Masjid Pangeran Jayakarta, Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Senin (30/7). (Aditya Pradana Putra/Republika)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun 1619, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Pangeran Jayakarta dengan VOC yang waktu itu dipimpin Gubernur Jenderal, Jaan Pieter Zoon Coen.

Pada tanggal 30 Mei 1619, kekalahan dialami pasukan Pangeran Jayakarta dalam perang melawan VOC itu. Akibatnya, Jayakarta dihancurkan oleh pasukan VOC termasuk keraton dan Masjid Kesultanan Jayakarta yang berdiri megah di sekitar kawasan yang kini dikenal sebagai Hotel Omni Batavia.

Baca Juga

Belanda menganggap Pangeran Jayakarta tewas di dalam sebuah sumur di kawasan Mangga Dua, Jakarta. Nyatanya, yang diberondong peluru oleh pasukan Belanda di dalam sumur tersebut tak lebih dari selembar jubah dan sorban Pangeran Jayakarta yang sengaja dilemparnya ke dalam sumur tersebut.

photo
Suasana kesibukan umat Islam pada bulan suci Ramadhan di Masjid As Salafiyah atau biasa disebut juga dengan Masjid Pangeran Jayakarta, Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Senin (30/7). (Aditya Pradana Putra/Republika) - ()

Beliau bersama para pengikutnya berhasil melarikan diri ke wilayah yang kini dikenal sebagai Jatinegara Kaum, Klender, Jakarta Timur. Di sana, pangeran membuka daerah baru serta mendirikan masjid yang kini dikenal dengan nama Masjid Jami’ Assalafiyah.

Bahkan putra beliau yang bernama Pangeran Senapati diperintahkan untuk pergi sejauh mungkin dari Jayakarta untuk menghindari kejaran Belanda sekaligus menyebarkan ajaran Islam ke luar Jayakarta, pada ahirnya menetap di wilayah Cibarusah, kabupaten Bekasi.

Beliau mendirikan Sebuah masjid yang dikemudian hari menjadi pusat perjuangan pasukan Hisbullah melawan penjajahan Belanda di wilayah Bekasi. Masjid tersebut kini bernama Masjid Al-Mujahidin Cibarusah

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement