Rabu 07 Apr 2021 11:07 WIB

Kerentanan Finansial Naik, IMF Ungkap 3 Strategi Prioritas

Sejumlah kebijakan berkelanjutan perlu untuk melindungi pemulihan ekonomi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Suasana gedung perkantoran terlihat di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (6/4). Dana Moneter Internasional (IMF) menilai perekonomian global mulai pulih dari guncangan akibat virus Covid-19.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana gedung perkantoran terlihat di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (6/4). Dana Moneter Internasional (IMF) menilai perekonomian global mulai pulih dari guncangan akibat virus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) menilai perekonomian global mulai pulih dari guncangan akibat virus Covid-19. Hal ini seiring dengan penerapan kebijakan tepat dalam rangka mencegah penurunan ekonomi yang lebih dalam.

Konselor Keuangan dan Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF Tobias Adrian mengatakan kondisi ini membuat penilaian terhadap aset berisiko menjadi berlebihan. Alhasil, kerentanan finansial semakin meningkat.

Baca Juga

"Dukungan kebijakan yang berkelanjutan tetap diperlukan, tetapi serangkaian tindakan kebijakan diperlukan untuk mengatasi kerentanan dan melindungi pemulihan ekonomi," tulis IMF dalam ringkasan laporannya seperti dikutip Rabu (7/4).

Adriana memaparkan tiga prioritas yang harus diutamakan untuk mengatasi kerentanan tersebut. Pertama, menangani kerentanan sektor korporasi dan memperbaiki neraca menjadi prioritas.

Kedua, pengetatan beberapa perangkat makroprudensial di negara maju penting dilakukan untuk menjaga stabilitas keuangan serta meningkatkan pengawasan dan pengaturan lembaga keuangan nonbank. Ketiga, membangun kembali penyangga di pasar negara berkembang merupakan prioritas kebijakan untuk mempersiapkan potensi repricing risiko dan pembalikan arus modal.

Menurutnya, bank sentral telah terbukti sangat terampil selama setahun terakhir ini karena mereka berhasil merekayasa penyelamatan keuangan.

“Pada tahun mendatang, kreativitas kemungkinan besar akan diuji lagi, karena mereka menghadapi tantangan untuk memandu ekonomi mereka melalui pemulihan yang tidak sinkron, penilaian pasar yang diperluas, dan perpecahan sosial yang tegang," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement