Senin 05 Apr 2021 16:30 WIB

Dampak Positif Insentif PPN di Sektor Properti

Kesempatan ini dimanfaatkan sejumlah pengembang untuk nggenjot penjualan mereka

Kebijakan pemerintah dengan memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas rumah tapak dan rumah susun diharapkan mampu menggerakkan roda industri sektor properti
Foto: dok acp
Kebijakan pemerintah dengan memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas rumah tapak dan rumah susun diharapkan mampu menggerakkan roda industri sektor properti

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Kebijakan pemerintah dengan memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas rumah tapak dan rumah susun diharapkan mampu menggerakkan roda industri sektor properti sebagai salah satu penyokong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 21/PMK/010/2021. 

Kesempatan ini dimanfaatkan sejumlah pengembang untuk memanfaatkan kesempatan terbatas ini dengan menawarkan produk mereka ke masyarakat. Dalam skema tersebut, 100 persen PPN ditanggung pemerintah untuk rumah dengan harga jual paling tinggi Rp 2 miliar. Selain itu, pemerintah memberikan diskon PPN 50 persen untuk rumah dengan harga jual lebih dari Rp 2 miliar sampai dengan Rp 5 miliar. Insentif PPN ini berlaku mulai 1 Maret 2021 hingga 30 Agustus 2021

Menurut Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti Rizkan Firman dalam keterangan tertulisnya Senin (5/4), kebijakan tersebut memberikan dampak keuntungan berlipat bagi konsumen, baik itu properti komersial maupun residensial. Di satu sisi, para calon konsumen benar-benar dapat mengelola keuangan mereka dengan seksama di masa pandemi Covid-19. Di sisi lain, para pengembang dapat menggenjot penjualan produk properti, termasuk LRT City Sentul.  

Pengamat Properti David Cornelis berpendapat peluang properti di kawasan Sentul memiliki dorongan sangat positif dari progres pengembangan infrastruktur yang terkoneksi dengan LRT dan Jalan Lingkar Luar Bogor. 

Menurutnya, LRT City Sentul menawarkan sebuah hunianyang dikelilingi 2 gunung yaitu Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango serta dilengkapi fasilitas lengkap yang mendukung kegiatan penghuni baik fasilitas wisata maupun fasilitas kesehatan. Selain fasilitas lengkap dan udara yang nyaman, untuk menjangkau kawasan ini cukup mudah. Selain melalui jalan tol Jagorawi, kawasan ini juga dapat dijangkau melalui LRT yang akan beroperasi dalam waktu dekat.

LRT City Sentul yang dibangun dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) juga memiliki Green Connectivity, sebagai akses khusus bagi pejalan kaki dan pesepeda yang terintegrasi pula dengan Stasiun LRT Sentul. kemudahan akses menuju Stasiun LRT Sentul mendorong masyarakat, terutama penghuni LRT City Sentul untuk lebih memilih menggunakan moda transportasi massal dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Hal ini selaras dengan hunian berkonsep TOD, mempermudah akses transportasi menuju tempat hunian.

Project Director LRT City Sentul Nanang Safrudin Salim menambahkan  harga jual mulai Rp 400 jutaan untuk apartemen seluas 22,7 meterpersegi, hingga tertinggi tipe dua kamar seharga Rp 1 miliar seluas 52 meterpersegi. Penjualan unit apartemen LRT City Sentul kini mengalami progresivitas dengan tingkat kenaikan harga (capital gain) mencapai lebih dari 20 persen bertepatan dengan progres pembangunan proyek LRT Jabodebek. "stimulus pemerintah dapat menggenjot laju perjualan,” katanya.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement