Senin 05 Apr 2021 14:18 WIB

Isu Cagub DKI, Jebakan Demokrat Kubu AHY untuk Moeldoko

Moeldoko akan tercitrakan haus kekuasaan jika menerima tawaran cagub DKI kubu AHY.

Moeldoko (tengah) di lokasi Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deli Serdang, Sumatra Utara. Kemenkumham telah menolak keabsahan kepengurusan Demokrat hasil KLB Sibolangit. (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Endi Ahmad
Moeldoko (tengah) di lokasi Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deli Serdang, Sumatra Utara. Kemenkumham telah menolak keabsahan kepengurusan Demokrat hasil KLB Sibolangit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Rizky Suryarandika

Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melontarkan tawaran mengejutkan kepada Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko jika ingin maju sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta. Tawaran itu diutarakan oleh Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat Rachland Nasidik lewat akun Twitter pribadinya yang sudah dikonfirmasi pada Jumat (2/4) pekan lalu.

Baca Juga

"Ketua Bapilu Andi Arief akan membantunya bila ia ingin maju berkompetisi secara sehat menjadi cagub DKI dalam pilkada mendatang. You are warmly welcome," ujar Rachland.

Menurut Rachland, Demokrat membuka pintu bagi Moeldoko jika ingin menjadi kader partainya. Namun, syaratnya, mantan panglima TNI itu harus mengakui kesalahannya.

 

"Satu-satunya jalan untuk memperbaiki kehormatannya sendiri adalah dengan mengakui kesalahan, merangkul kembali etika keperwiraan prajurit TNI yang sempat ia buang," ujar Rachland.

Diketahui, Bappilu Partai Demokrat menyiapkan sembilan kader yang akan digadang-gadang maju pada kontestasi pemilihan gubernur DKI Jakarta pada 2022. Ada sembilan kader yang disiapkan dan mendapat kesempatan yang sama untuk meyakinkan masyarakat DKI Jakarta.

Tiga kader berpengalaman di legislatif yang digadang-gadang maju Pilgub DKI, yakni Santoso, Hinca IP Pandjaitan, dan Didik Mukrianto. Ketiganya merupakan anggota Komisi III DPR.

Baca juga : Pengamat Prediksi Kubu Moeldoko Gabung Partai Lain

Selanjutnya, juga ada tiga kader yang berpengalaman di eksekutif, yaitu mantan gubernur Lampung M Ridho Ficardo, Wakil Gubernur (wagub) Jawa Timur (Jatim) Emil Elistianto Dardak, dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.

Lalu, tiga kader yang berpengalaman di legislatif dan eksekutif, yaitu Anwar Hafid (mantan bupati, saat ini anggota Komisi II DPR), Dede Yusuf Macan Effendi (mantan wagub Jawa Barat, saat ini Pimpinan Komisi X DPR), Iti Octavia Jayabaya (mantan anggota DPR, saat ini bupati Lebak).

 

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago meminta Ketum Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Moeldoko mencermati wacana tawaran jadi cagub DKI Jakarta oleh Partai Demokrat kubu Cikeas. Pangi menduga ada motif sindiran di balik wacana tawaran tersebut.

Menurut Pangi, ada makna dan simbol sikap lain di balik tawaran tersebut. Apalagi kalau merujuk pada budaya Jawa yang merupakan suku dari kubu Cikeas: Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Harusnya Moeldoko memahami makna di balik tawaran itu karena dalam tradisi Jawa itu yang tampak itu ada makna di balik yang tidak tampak, bisa maksudnya sebaliknya," kata Pangi kepada Republika.co.id, Ahad (4/4).

Pangi memandang bahwa Demokrat kubu Cikeas sangat mementingkan sikap panggung dari depan. Demokrat kubu Cikeas seolah tak ingin ada dendam, ingin berbuat baik dan membalas perilaku Moeldoko yang tidak tepat serta tidak patut dengan menawarkan kebaikan.

Baca juga : Kubu Moeldoko Tegaskan Konflik Demokrat Belum Berakhir

"Itu bisa juga kita maknai sebagai sindiran dari Partai Demokrat. Demokrat mau memberikan pembelajaran ke beliau, tidak semua perilaku jahat dibalas dengan sikap yang sama," ujar Pangi.

Pengamat politik senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro juga menilai, tawaran cagub DKI untuk Moeldoko adalah suatu jebakan politik. Ia meyakini pengguliran isu itu akan semakin merugikan citra Moeldoko.

Menurut Zuhro, Moeldoko akan makin dicitrakan sebagai pria haus kekuasaan kalau menerima begitu saja wacana cagub DKI.

"Saya tidak tahu persis kalau yang akan dipikirkan Moeldoko, tapi kalau dilihat dari perspektif politik, tidak menguntungkan," kata Zuhro kepada Republika.co.id, Ahad (4/4).

Zuhro mengakui politik bukanlah sesuatu yang konkret dan tak bisa diubah. Politik memiliki dinamikanya karena ulah para aktor di dalamnya.

Begitu pun dalam konflik kepengurusan Demokrat kali ini, peluang Moeldoko merapat ke kubu AHY tetaplah ada. Hanya saja, sulit dipercaya bahwa Moeldoko akan melakukannya.

Zuhro menilai para tokoh yang terlibat dalam konflik Demokrat tak mudah agar bisa duduk bersama. Apalagi, Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sudah mengungkapkan kekecewaannya pada Moeldoko yang pernah jadi bawahannya.

"Akan menimbulkan kecanggungan politik bagi Moeldoko menerima tawaran AHY tersebut," ujar Zuhro.

Selain itu, Zuhro menganggap Moeldoko akan menjadi pihak yang dirugikan. Moeldoko bakal mengemban label 'haus kekuasaan'.

"Moeldoko akan dianggap sebagai orang yang terkesan mengejar kekuasaan semata. Artinya, poin positif bukan ada di pihak Moeldoko, tapi di AHY dan partainya," ucap Zuhro.

photo
DPD Demokrat yang Menolak Moeldoko - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement