Ahad 04 Apr 2021 18:40 WIB

Prancis Terapkan Lockdown Ketiga

Sekolah akan ditutup selama tiga pekan untuk siswa SD dan TK.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Friska Yolandha
Pria berjalan di sisi kota Paris, Prancis. PM Prancis pada 18 Maret 2021 mengumumkan sebagian bagian di Prancis kembali diberlakukan lockdown.
Foto: EPA
Pria berjalan di sisi kota Paris, Prancis. PM Prancis pada 18 Maret 2021 mengumumkan sebagian bagian di Prancis kembali diberlakukan lockdown.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis telah memasuki karantina wilayah nasional yang ketiga. Keputusan nasional itu ditetapkan setelah penerimaan rumah sakit melonjak.

Menurut laman Evening Standard yang dilansir pada Ahad (4/4), sebanyak 5.273 orang berada di unit perawatan intensif (ICU) untuk Covid-19 pada Sabtu (3/4). Angka itu naik 19 dari hari sebelumnya.

Baca Juga

Sebelumnya, Pemerintah Perancis telah berusaha menutup kasus Covid-19 baru dengan jam malam. Jam malam pukul 06.00-19.00 juga diperpanjang dari 19 wilayah termasuk Paris ke seluruh daratan Prancis dan Corsica. 

Tindakan itu diterapkan secara regional selama empat minggu ke depan. Sekolah dan bisnis yang tidak penting di seluruh negeri akan tetap tutup.

Menurut laman France24, definisi bisnis esensial memiliki makna jauh lebih luas daripada selama karantina wilayah pertama yang ketat pada musim semi 2020. Toko buku, penata rambut, toko cokelat, toko bunga, toko musik, dan dealer mobil semuanya dapat tetap buka.

Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut, sekolah akan ditutup selama tiga pekan untuk siswa sekolah dasar dan taman kanak-kanak dan empat minggu untuk siswa sekolah menengah dan atas.

Macron juga telah menjanjikan lebih banyak tempat tidur rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19 yang sakit kritis. Macron berharap dapat mengarahkan Prancis keluar dari pandemi tanpa harus memberlakukan penguncian nasional ketiga yang selanjutnya akan menghantam ekonomi yang masih belum pulih dari keterpurukan tahun lalu.

Tetapi strain baru virus telah melanda Prancis dan sebagian besar Eropa. Penyebaran strain baru itu muncul di tengah peluncuran vaksin anti-Covid yang lebih lambat di Uni Eropa daripada di beberapa negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement