Ahad 04 Apr 2021 15:11 WIB

Kunci Menjadi Investor Sukses Ala CEO Sucor Sekuritas

Saham merupakan investasi untuk keuntungan jangka panjang, bukan jangka pendek.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Friska Yolandha
Karyawan memegang kacamata miliknya saat mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (11/2). Saham merupakan investasi untuk keuntungan jangka panjang, bukan jangka pendek.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Karyawan memegang kacamata miliknya saat mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (11/2). Saham merupakan investasi untuk keuntungan jangka panjang, bukan jangka pendek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 3M+1D adalah konsep investasi yang selalu digaungkan Bernadus Wijaya. CEO Sucor Sekuritas ini mengatakan, prinsip yang menyangkup ‘Mindset’, ‘Method’, Money Management’ dan ‘Discipline’ ini, menurutnya merupakan bekal untuk menjadi seorang investor yang sukses. 

“Kita selalu ajak investor untuk menanamkan mindset bahwa saham itu ditujukan untuk memperoleh keuntungan jangka panjang bukan jangka pendek, oleh karena itu perlu konsep 3M+1D,” ujar pria 29 tahun itu kepada Republika, Sabtu, (3/4).

Pria yang masuk dalam jajaran '30 Under 30' versi Forbes Indonesia ini mengatakan, penanaman keinginan untuk terus belajar, berjuang dan tidak pantang menyerah adalah hal dasar yang perlu dimiliki seorang calon investor. Selain itu, penerapan metode investasi jangka panjang, konsisten, dan giat belajar dari orang-orang yang telah berpengalaman di dunia pasar modal juga sangat penting, kata dia.

“Money Management juga menjadi kunci untuk menjadi investor yang sukses, dimana kita bisa mengatur cashflow dan arah investasi kita, sehingga tidak hanya berfokus pada satu tempat tapi didiversifikasi sehingga resiko yang kita miliki bisa beragam,” jelas Bernad.  

Selain itu, Bernad mengaku selalu mengingatkan para investor untuk menggunakan ‘uang dingin’ sebagai modal investasi. Jadi, katanya, bukan uang keperluan sehari-hari, uang SPP, uang cicilan, atau uang untuk keperluan jangka pendek, karena jika terjadi maka investasi itu tidak akan sehat dan akan berdampak negatif bagi investor.

photo
Sucor Sekuritas bekerja sama dengan Cafe Rahasia Saham menghadirkan tempat yang memadukan konsep Coworking Space dan Coffee Shop bagi para pengunjung yang ingin ‘nongkrong’ sambil belajar investasi dan saham. Sabtu (3/4). - (Republika/Dea Alvi Soraya)

“Karena investasi saham itu adalah investasi jangka panjang, yang jika kita tarik pada jangka panjang maka keuntungannya bisa dipastikan naik secara signifikan, namun jika bermain jangka pendek maka risiko kerugiannya dapat lebih besar,” jelasnya.

Banyak kasus yang muncul karena penggunaan uang panas untuk modal investasi. Tidak sedikit informasi yang memberitakan orang-orang stres, depresi, bahkan bunuh diri karena merugi saat trading saham.

Dia menggarisbawahi bahwa fokus dari investasi saham adalah untuk keuntungan jangka panjang. Selain itu, investor juga dihimbau untuk mengedepankan teknik analisis sebelum membeli suatu saham dan menyesuaikannya dengan tipe investasi dan profil risiko masing-masing.

Dia menjelaskan, sejatinya instrumen saham ditujukan kepada tipe investor yang cenderung agresif, namun mengingat profil resiko yang berbeda-beda, ada investor yang ingin keuntungan tinggi dan bersedia menerima resiko yang tinggi juga, ada juga tipe agresif cenderung moderat dimana dia lebih suka playsafe. Tipe seperti ini lebih cenderung bermain di bluechips, saham yang menjadi penggerak index dan memiliki weighting besar terhadap IHSG, kata dia.

“Ini menjadi pilihan favorit bagi kebanyakan investor pemula yang cenderung moderat atau baru terjun di pasar saham dan tidak memiliki banyak waktu untuk memantau pergerakan pasar,” jelasnya. 

“Sedangkan investor yang lebih agresif biasanya akan mengincar saham second liner, seperti saham properti, komuditas, dan saham dengan fluktuasi tinggi seperti saham digital.”

Sedangkan untuk investor konservatif, Bernad menyarankan untuk bermain di instrumen investasi selain saham, seperti deposito atau reksadana pasar uang. Karena saham itu fluktuasinya paling tinggi, begitu juga saham-saham bluechip sekalipun, dan bagi orang yang tidak bisa mengambil resiko kerugian kemungkinan akan stres menghadapi itu, kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement