Sabtu 03 Apr 2021 06:48 WIB

Selebritas Dunia Bedhol Desa ke Australia, Ini Analisanya

Para selebritas dunia tinggal dan bekerja di Australia karena sukses tangani Covid-19

Matt Damon (kanan)
Foto: AP Photo/Claudette Barius
Matt Damon (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom senior Indef, Dradjad Hari Wibowo menyoroti banyaknya selebritas dunia yang bekerja dan tinggal di Australia. Menurutnya, Australia menuai keuntungan dari kedisiplinan menjalankan tindakan kesehatan publik (TKP)

Dradjad mengatakan membaca media besar di dunia, The New York Time dan BBC, bahwa saat ini, sudah hampir setahun banyak selebitas dunia yang tinggal dan bekerja di Australia. Dimulai dari Zac Efron, Mark Wahlberg, Matt Damon, Idris Elba, dan lain-lain. Mereka berbulan-bulan tinggal dan bekerja di Australia.

“Bahkan disebutkan hampir separuh Hollywood bekerja dan tinggal di Australia,” kata Dradjad dalam perbincangan dengan Republika.co.id, Sabtu (3/4).

Hal ini, menurut Dradjad, karena Australia dianggap berhasil menangani pandemi Covid-19. “Kita tahu saat ini bahkan orang sudah bebas berolah raga, berbulan-buan aktivitas relatif normal di sana,” ungkapnya.

Resep dari keberhasilan ini, menurut Dradjad, seperti juga New Zeland, Australia sangat disiplin dalam menjalankan tindakan kesehatan publik. Sehingga jumlah kasus di Australia sangat kecil. Bahkan jika ada satu kasus yang muncul maka langsung dilakukan lockdown lokal, selama satu-dua pekan. Jika sudah terkendali baru dibuka lagi.

Di awal pandemi, lanjut Ketua Dewan Pakar DPP PAN ini, Australia juga bergerak cepat melakukan penutupan perbatasan. Ini memungkinkan mereka lakukan karena wilayah mereka berbentuk kepulauan.

“Ini adalah bukti tambahan tentang apa yang sudah saya suarakan sejak Maret 2020, yaitu tangani pandemi dulu maka ekonomi akan ikut,” kata Dradjad. Pemulihan ekonomi sangat tergantung pada penanganan pandemi Covid 19.

Penanganan pandemi harus diutamakan. Ini berarti Tindakan Kesehatan Publik (TKP) perlu dijalankan dengan ketat dan disiplin. “Kalau di Indonesia Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Karena kita tidak disiplin, maka dunia menanggap kita relatif jelek dalam masalah penangan pandemi. Akibatnya ekonomi kita menderita,” papar Dradjad.

Dradjad mengatakan sudah pernah memaparkan bukti tentang keberhasilan Vietnam dan Taiwan yang berhasil menangani pandemi. Hingga selama pandemi, ekonomi Vietnam malah tumbuh positif. Begitu Taiwan, yang ekonominya sempat turun tapi dengan cepat pulih kembali.

Australia, lanjut Dradjad, saat ini mendapat manfaat. Manfaat langsungnya berupa uang investasi dari Hollywood yang berputar di Australia. Kemudian juga konsumsi para selebritas global juga bermanfaat buat Australia.

Hal yang lebih penting, menurut Dradjad, manfaat jangka menengah dan jangka panjangnya sangat besar. “Ke depannya, orang akan selalu ingat bahwa Australia adalah tempat yang aman jika terjadi pandemi. Ini efeknya akan sangat besar,” papar Dradjad.

Secara teori, menurut Dradjad, Indonesia juga harusnya bisa melakukan hal ini. Dijelaskannya, Indonesia adalah negara kepulauan, yang mempunyai keuntungan bisa lebih ketat jika melakukan penutupan perbatasan.

“Tapi kuncinya, perlu kemauan politik yang kuat dari pemerintah pusat maupun daerah, termasuk masyarakat untuk berdisiplin menjalankan TKP. Sehingga aktivitas sehari-hari di masyarakat bisa dipulihkan lagi secara normal, seperti yang terjadi di Australia, New Zeland, maupun Taiwan.

Saat ini, kata Dradjad, ada hal positif di Indonesia yaitu terkait dengan vaksinasi. Indonesia bisa menjamin pengadaan vaksin di tengah adanya nasionalisme vaksin yang melanda dunia.

“Vaksinasi itu salah satu strategi, tetapi kita tetap perlu melakukan tindakan kesehatan publik,” kata Dradjad.

Dradjad berharap masyarakat dan pemerintah bisa berdisiplin melakukan tindakan kesehatan publik dan vaksinasi, yang didukung pengembangan vaksin nasional, serta riset-riset sehingga Indonesia bisa menemukan obat Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement