Jumat 02 Apr 2021 23:41 WIB

Pariwisata Indonesia kembali Bangkit Semester II Tahun Ini

Hadirnya vaksin dan penurunan kasus Covid-19 bisa tumbuhkan pariwisata Indonesia

Rep: Desy Susilawaty/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wisatawan berfoto di objek wisata Batutumonga di Kecamatan Sesean, KabupatenToraja Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (31/3/2021). Dunia pariwisata Toraja Utara mulai menggeliat kembali setelah sempat lesu dilanda Pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Spedy Paereng
Wisatawan berfoto di objek wisata Batutumonga di Kecamatan Sesean, KabupatenToraja Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (31/3/2021). Dunia pariwisata Toraja Utara mulai menggeliat kembali setelah sempat lesu dilanda Pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pariwisata Indonesia memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. Keindahan alam dan keragaman budayanya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan nasional maupun internasional.

Namun, pandemi Covid 19 satu tahun terakhir dirasakan sangat berdampak pada sektor pariwisata nasional, maupun global. Hadirnya vaksin Covid 19 di awal 2021 membawa angin segar dan diproyeksikan mampu menekan penularan Covid 19 sekaligus membangkitkan gairah pariwisata Indonesia.

Diprediksi, pariwisata Indonesia akan kembali ’booming pada semester II tahun 2021 ini. Menurut Ekonom dari Institute for Development on Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara, pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian. Sebelum pandemi, sektor pariwisata menyumbang devisa 20 miliar dolar AS. Penurunan kasus harian dan hadirnya vaksin akan mendorong pemulihan sektor pariwisata, yang diprediksi berangsur membaik di semester II tahun 2021 ini.

Selain potensi devisa yang besar, sektor pariwisata berkontribusi menyerap 13 juta tenaga kerja atau sebesar 10,2 persen dari total tenaga kerja nasional."Ini adalah jumlah yang cukup besar dibandingan dengan sektor lain," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (2/4).

Potensi rebound pariwisata akan berdampak terhadap kebutuhan suplai tenaga kerja di industri pariwisata dan perhotelan. Dalam hal ini, lulusan vokasi pariwisata dan perhotelan akan banyak dicari karena diyakini memiliki kecakapan sesuai kebutuhan industri.

"Tren sektor pariwisata membutuhkan tenaga kerja yang skillful dan terspecialisasi seperti; perhotelan, restoran, coffee shop, kapal pesiar, dan tempat rekreasi lainnya. Saat ini vocational training berkualitas di sub-sub sektor pariwisata tersebut masih terbatas. Sehingga, diperlukan training centre atau academy di bidang hospitality yang memiliki terobosan untuk menghasilkan tenaga pariwisata tepat guna, dan memahami realita dunia kerja secara riil," tambah Bhima.

Direktur Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Wartanto, M.M, mengatakan melihat kebutuhan tenaga kerja vokasi yang berkualitas dan siap kerja, pemerintah terus mendorong lahirnya pendidikan vokasi berkualitas yang terintegrasi dengan sebuah teaching factory. Dengan memiliki Teaching Factory, pendidikan vokasi dapat mengembangkan kurikulum dan strategy pembelajaran berbasis industri sesuai bidang masing-masing.

Meski selama pandemi banyak pegawai pariwisata dan perhotelan dirumahkan, saat ini dipandang sebagai waktu yang tepat bersiap kembali berkarya memajukan pariwisata dan perhotelan Indonesia. Vice President Human Capital, Panorama Hospitality Management (PHM), Muhammad Fahmi, mengatakan potensi rebound pariwisata Indonesia pasca pandemi akan berdampak pada tingginya kebutuhan SDM secara bertahap. Tenaga kerja vokasi yang unggul sangat dibutuhkan dalam membangun kembali industri pariwisata Indonesia yang sempat lesu akibat pandemi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement