Sabtu 03 Apr 2021 04:43 WIB

Pentingnya Tanamkan Rasa Khauf pada Setiap Muslim

Penting bagi setiap muslim menanamkan rasa khauf atau rasa takut akan siksa Allah.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Berdoa
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Berdoa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagai hamba yang taat kepada Allah, banyak tantangan berat yang harus dilewati. Misal, banyaknya godaan di depan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menanamkan rasa khauf atau rasa takut akan siksa Allah.

Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin menjelaskan, rasa khauf diwujudkan dalam diri seorang hamba karena dua alasan. Pertama, sikap takut dapat mencegah seseorang dari kemaksiatan. Sebab, nafsu biasanya mengantarkan kita pada keburukan dan menyebabkan fitnah. Kondisi tersebut tidak akan berakhir kecuali jika kita ditakut-takuti secaraa keras dan tahu ancaman berat.

Mengatur urusan nafsul hanya bisa “dipukul” dengan ketakutan baik secara lisan, tindakan, maupun pikiran. Seperti yang telah dikisahkan dari seorang shaleh ketika nafsu itu mengajaknya berbuat maksiat. Lalu dia pergi menuju padang pasir sambil melepaskan pakaiannya. Kemudian dia mulai berguling-guling di atas pasir seraya menghardik nafsunya, “Rasakanlah ini! Padahal neraka Jahanam jauh lebih panas dari pasir ini. Pada malam hari kau seperti bangkai yang terkulai sementara di siang hari kau seperti pengangguran yang malas.”

Alasan kedua adalah takut pada siksa Allah wajib diterapkan agar seorang hamba tidak bangga (ujub) atas ketaatan yang dilakukannya. Namun, dia harus memaksa nafsunya dengan celaan, hinaan, dan kekurangan karena dalam nafsunya itu terdapat keburukan dan dosa yang menyebabkan berbagai kecemasan dan ketakutan lain.

Diceritakan Ulama Hasan Bashri, dia pernah berkata “Tidaklah aman seorang pun dari kita yang jika berbuat dosa, tertutuplah pintu ampunan untuk selainnya (orang yang tidak berdosa) berarti dia berbuat bukan pada tempatnya (zalim).”

Abdullah bin Mubarak juga pernah mencela jiwanya dengan mengatakan “Kau berbicara seperti perkataan para ahli zuhud tetapi beramal seperti amalannya orang-orang munafik. Sementara kau sangat ingin masuk surga. Jauh, sungguh sangat jauh! Sesungguhnya surga itu diperuntukkan bagi kaum yang tidak sepertimu. Mereka memiliki amalan yang tidak sama dengan amalanmu.”

Itu semua adalah cerita yang seharusnya sudah diingat oleh seorang hamba sebagai peringatan atas nafsunya. Selalu mengingat Allah supaya tidak merasa ujub dengan ketaatan atau terjerumus dalam kemaksiatan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement