Jumat 02 Apr 2021 17:49 WIB

Sekolah BM 400 Gelar Webinar Menciptakan Startup Islami

Siswa agar  mampu memanfaatkan kesempatan untuk menjadi wirausaha.

Dr Sutrisno Muslimin MSi, Ketua Pelaksana Harian (KPH) Bakti Mulya 400
Foto: Dok BM 400
Dr Sutrisno Muslimin MSi, Ketua Pelaksana Harian (KPH) Bakti Mulya 400

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Startup Islami untuk memperlancar ibadah merupakan hal penting.  Menyadari hal tersebut, Sekolah Bakti Mulya 400 kembali menyelenggarakan CEO And Studentpreneur Talk. Acara tersebut berlangsug pada Kamis (1/4)   pukul 13.30 -15.30 WIB yang mengusung tema “How to Build an Islamic Startup”. 

Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan sekaligus best practice membangun startup kepada siswa. Kegiatan diduka oleh pemandu acara Hevita Clara, sekretaris OSIS SMA Bakti Mulya 400. Sedangkan moderator Elora Khiar Nareswari, jurnalis OSIS SMP Bakti Mulya 400.

 Dr Sutrisno Muslimin MSi, Ketua Pelaksana Harian (KPH) Bakti Mulya 400 dalam sambutan pengantar menyampaikan agar semua siswa mampu memanfaatkan kesempatan untuk menjadi wirausaha. Adapun kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh siswa adalah waktu dan lingkungan sekitar.

Lebih lanjut Sutrisno Muslimin menekankan pentingnya memanfaatkan waktu sekarang ini, saat masih muda. “Lebih baik lakukan seawal mungkin untuk menjalankan usaha sesuai passion,”  tambah Sutrisno  dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Selain memanfaatkan waktu, Sutrisno juga mengingatkan agar mencari ide usaha dari lingkungan sekitar. Hal ini dicontohkan oleh CEO KESAN, Hamdan Hamedan yang membuat startup yang idenya adalah untuk melayani umat Islam yang ada di Indonesia.

 Sutrisno menekankan kepada seluruh peserta untuk “raih sukses sejak dini dalam rangka mengubah keadaan sekitar agar lebih baik”.

Tampil sebagai guest speaker adalah Hamdan Hamedan, MA - CEO aplikasi KESAN atau Kedaulatan Santri. KESAN merupakan aplikasi Islami yang bertujuan untuk mendukung kebutuhan religi dan ekonomi umat Islam.

photo
Hamdan Hamedan MA, CEO aplikasi KESAN atau Kedaulatan Santri. (Foto: Dok BM 400)

Hamdan Hamedan yang menamatkan pendidikan S-1 dan S-2, summa cum laude, dari Middlebury Institute of International Studies di bidang Hubungan Internasional ini memang dikenal aktivis Islam selama mahasiswa. Selama di Amerika Serikat, ia aktif di lingkungan dakwah dan dialog antar umat beragama. Bersama dengan kawan kawannya, tak sedikit orang yang masuk Islam oleh karenanya

 Sesuai tema acara tersebut, Hamdan Hamedan menguraikan langkah-langkah untuk membuat startup.

Untuk mengawali sebuah start up adalah dengan menemukan masalah yang akan dipecahkan. Selanjutnya membuat hipotesis untuk memecahkannya. Contohnya, adanya kemacetan maka muncul startup Gojek. Adanya kekosongan konten agama maka ada startup KESAN ingin memudahkan umat Islam mendapatkan konten ibadah. Semakin besar dampak yang dipecahkan maka startup tersebut makin diperlukan.

Langkah berikutnya, menurut Hamdan adalah mencari partner atau cofounders yang dapat dijadikan mitra trategis jangka panjang. Karena untuk mengembangkan startup perlu waktu dan riset untuk sinergi yang kuat.

Yang tidak kalah penting sebuah produk startup harus viable. Viable artinya produk tersebut bisa dicoba secara terbuka, bisa diukur keberhasilannya dan bisa diperbaiki kekurangannya. Oleh karena itu suatu startup perlu memperhatikan umpan balik dari pengguna, bahkan dari siapapun termasuk netizen.

Dalam closing statement-nya, Hamdan Hamedan menekankan bahwa semua usaha bisa mengalami “startup” atau “startdown”. Oleh karena itu Hamdan memberikan tips kepada siswa Bakti Mulya 400 agar memiliki startup sukses,  yaitu:   “Anda harus menggabungkan keterampilan dan ketekunan, serta menjalankan visi yang sama pada semua anggota tim Anda.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement