Jumat 02 Apr 2021 17:43 WIB

Orang Tua Murid di Bekasi Dukung Sekolah Tatap Muka

Orang tua murid menilai sekolah online hanya bersifat satu arah dan berbiaya tinggi

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Guru menyampaikan materi pelajaran saat pembelajaran tatap muka di SMPN 2 Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/3/2021). Dinas pendidikan Bekasi mengizinkan sekolah yang berada di wilayah zona hijau untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dan jumlah siswa masuk 50 persen.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Guru menyampaikan materi pelajaran saat pembelajaran tatap muka di SMPN 2 Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/3/2021). Dinas pendidikan Bekasi mengizinkan sekolah yang berada di wilayah zona hijau untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dan jumlah siswa masuk 50 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, sekolah tatap muka tidak harus mulai dibuka pada Juli 2021. Jika sekolah sudah siap untuk melakukan tatap muka, maka pembukaan sekolah boleh dilakukan.

Salah satu orang tua murid sekolah menengah pertama di Kota Bekasi, Nisa (38), menyambut baik rencana tersebut. 

Penyebabnya adalah tingginya biaya yang harus ditanggung untuk melaksanakan sekolah daring. Dia yang memiliki tiga anak sekaligus itu mengaku cukup berat membiayai kuota untuk melaksanakan kelas anak-anaknya.

"Kesulitan banyak ya. Otomatis kuota bertambah apalagi yang anaknya dua atau tiga untuk classroom kan menguras itu juga," ujar dia dihubungi, Jumat (2/4).

Di samping itu, kata dia, sekolah online juga dinilai kurang efektif lantaran hanya bersifat satu arah saja. Sehingga, anak-anak kesulitan mencerna pelajaran terutama untuk jenis pelajaran eksak.

"Anak juga hanya dikasih soal, nggak dikasih penjelasan, apalagi matematika rumus itu mereka bingung, kalau cari di google susah," ungkapnya.

Kendati begitu, ia juga tetap khawatir terkait masih adanya pandemi Covid-19. "Pasti ada (kekhawatiran) tapi ya daripada anak di rumah mulu juga kasihan gak ada kegiatan, hanya di rumah di kamar saja. Kita juga berserah diri saja," tuturnya.

Sedangkan Nani Suryani (43), orang tua murid sekolah dasar swasta di Kota Bekasi, menyebut meski ada kekhawatiran akan penularan Covid-19, namun ia menyetujui jika pemerintah hendak membuka kembali sekolah tatap muka.

Hal ini lantaran kejenuhan anak dan orang tua yang dirasakan selama satu tahun terakhir."Sebenarnya masih khawatir. Tapi, kalau dilihat dari perkembangan anak rasanya dia sudah jenuh," terang dia.

Dia berharap apabila sekolah tatap muka mulai berjalan kembali, maka protokol kesehatan dan tata pelaksanaannya harus benar-benar disiplin.

"Bisa di uji coba dulu, bagaimana sekolah benar-benar komitmen dalam menjalankan protokol kesehatannya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement