Kamis 01 Apr 2021 23:47 WIB

Cadangan Beras di Bangkalan Cukup untuk Delapan Bulan

Bupati mendukung rencana pemerintah yang hendak mengimpor beras.

Cadangan Beras di Bangkalan Cukup untuk Delapan Bulan (ilustrasi).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Cadangan Beras di Bangkalan Cukup untuk Delapan Bulan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANGKALAN -- Bupati Bangkalan, Jawa Timur Abdul Latif Amin Imron menyatakan cadangan beras di wilayah itu diperkirakan cukup untuk memenuhi konsumsi masyarakat setempat selama delapan bulan dan untuk memenuhi kekurangannya, perlu dipasok dari daerah lain.

"Ini terjadi, karena produksi beras di Kabupaten Bangkalan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat setempat," katanya di Bangkalan, Kamis (1/4).

Menurut bupati, kondisi seperti itu tidak hanya terjadi di Kabupaten Bangkalan saja, tetapi juga dialami oleh sejumlah daerah lain di Jawa Timur. Oleh karenanya, bupati mendukung rencana pemerintah yang hendak mengimpor beras sekitar 1 juta ton lebih untuk menjaga cadangan beras pemerintah (CBP).

Bupati Bangkalan mengemukakan rencana impor beras itu untuk memenuhi kebutuhan yang mengalami kekurangan seperti yang terjadi di Kabupaten Bangkalan. "Kalau hasil produksi beras kita surplus, lalu pemerintah melakukan impor, mungkin tidak wajar. Faktanya di sejumlah daerah, termasuk di Bangkalan kan tidak mencukupi," kata bupati.

Bupati menjelaskan hasil produksi beras di Kabupaten Bangkalan per 1 Januari sampai 25 Maret 2021 mencapai 92.443 ton. Jumlah tersebut tidak akan cukup dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Bangkalan dengan jumlah penduduk mencapai 1.060.377 jiwa, mengingat perkiraan konsumsi per bulannya sekitar 8.072 ton beras.

"Hitung-hitungan dinas, jika produksi 92.443 ton, sedangkan jumlah penduduk lebih dari 1 juta, cadangan beras di Bangkalan hanya mampu bertahan delapan bulan saja. Untuk memenuhi kebutuhan itu, kita harus mendatangkan dari daerah lain," ujarnya.

Saat ini, sambung bupati, pihaknya tengah berupaya mendorong generasi muda Bangkalan agar bisa giat bertani, karena rendahnya produksi gabah, salah satunya karena banyak pemuda yang enggan menjadi petani.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement