Kamis 01 Apr 2021 22:03 WIB

Pengamat Beri Solusi Tangani Gejolak Harga Kedelai

Pengamat minta Pemerintah petakan kebutuhan riil kedelai di pengolahan dan industri

Pekerja mencuci kedelai untuk pembuatan tempe di Kampung Pejaten, Kramatwatu, Serang, Banten. Pengamat minta Pemerintah petakan kebutuhan riil kedelai di pengolahan dan industri
Foto: ANTARA /Asep Fathulrahman
Pekerja mencuci kedelai untuk pembuatan tempe di Kampung Pejaten, Kramatwatu, Serang, Banten. Pengamat minta Pemerintah petakan kebutuhan riil kedelai di pengolahan dan industri

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dalam kurun beberapa bulan terakhir, masyarakat di Tanah Air dihujani pemberitaan soal importasi bahan pangan. Pengamat ketahanan pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi menyebut, sebagai negara yang bergantung pada komoditas impor seperti kedelai, permasalahan terkait harga di domestik merupakan sebuah konsekuensi logis yang dipastikan akan terus berulang.

Pasalnya negara penghasil kedelai pun tengah menghadapi ancaman keterbatasan pangan di tengah pandemi Covid-19.“Bagi negara-negara pengekspor kedelai, di saat pandemi yang belum jelas kapan akan usai ini, mereka tentu akan memilih untuk mengamankan permintaan dalam negeri dulu. Dan menyimpan stok untuk memenuhi demand di dalam negeri,” ujar Prima dalam siaran pers, Kamis (1/4).

Untuk ke arah swasembada, seperti yang diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo, menurut Prima, bisa saja diupayakan dengan dibarengi sinkronisasi data seputar  supply dan demand plus diikuti kejelasan seputar masa depan komoditas kedelai. Hal itu penting untuk memikat petani agar bersedia menanam kedelai.

"Pemerintah bisa memetakan kebutuhan riil kedelai. Dan karena kedelai tidak dikonsumsi rumah tangga secara langsung, bisa diketahui secara presisi kebutuhan di dalam negeri lewat koperasi-koperasi pengrajin tahu dan tempe,” ujar Prima.

Dengan memberikan kepastian pada dua faktor tersebut, berikutnya bisa dimulai untuk memanfaatkan lahan  kosong yang dimiliki setiap pemerintah daerah, untuk dijadikan sentra komoditas kedelai. Prima mengatakan, Indonesia memiliki sejumlah lembaga riset yang mampu menciptakan varietas-varietas kedelai yang layak ditanami sesuai dengan kondisi geografis tiap daerah. “Di IPB pun sudah ada sejumlah varietas unggul yang siap dibudidayakan,” ujarnya.

Meski begitu, Prima menggarisbawahi, pentingnya upaya mendekatkan jarak antara sentra komoditas kedelai dan pusat industri pengrajin tahu, tempe maupun kecap sebagai pasar utama. Di sinilah dibutuhkan akurasi data pasar dan permintaan kedelai. 

Dengan kedekatan antara sentra komoditas kedelai dengan para pengrajinnya, tentunya  didapatkan tingkat biaya yang lebih rendah di sisi distribusi. "Logika ekonomi yang sederhana, satu daerah bisa mencukupi kebutuhan mereka sendiri akan meningkatkan efisiensi produk," kata Prima.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement