Kamis 01 Apr 2021 14:13 WIB

Ansor Jateng: Indoktrinasi Paham Radikal Mengkhawatirkan

Konten media sosial yang berisi indoktrinasi radikal harus ditindaklanjuti.

Police line. nsor Jawa Tengah menyebut indoktrinasi paham radikal terjadi melalui berbagai media seperti internet. Indoktrinasi di kalangan generasi muda tersebut sudah mengkhawatirkan.
Foto: Wikipedia
Police line. nsor Jawa Tengah menyebut indoktrinasi paham radikal terjadi melalui berbagai media seperti internet. Indoktrinasi di kalangan generasi muda tersebut sudah mengkhawatirkan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah menyebut indoktrinasi paham radikal terjadi melalui berbagai media seperti internet. Indoktrinasi di kalangan generasi muda tersebut sudah mengkhawatirkan.

"Aksi teror di Mabes Polri oleh pelaku usia milenial ini sudah mencapai level mengkhawatirkan," kata Ketua PW GP Ansor Jateng H Sholahuddin Aly, di Semarang, Kamis (1/4). Dirinya meminta pihak terkait agar lebih memperkuat koordinasi dan kolaborasi untuk mencegah paham radikal di kalangan generasi muda.

Baca Juga

Pria yang akrab disapa Gus Sholah ini mengungkapkan adanya sejumlah akun media sosial yang menyebarkan konten mengarah pada indoktrinasi paham radikal. "Ini persoalan serius yang harus segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait," ujarnya.

Menurut dia, aparat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus 88 Mabes Polri, hingga personel TNI merupakan aktor penting dalam upaya pencegahan terorisme di Indonesia. Kendati demikian, lanjut dia, persoalan penanggulangan terorisme di Indonesia tidak mungkin hanya bisa dilakukan oleh aparat semata, tapi juga perlu menggandeng semua komponen masyarakat untuk memiliki tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.

"Elemen masyarakat di semua tingkatan merupakan garda terdepan untuk mencegah bibit tumbuhnya terorisme," katanya.

Gus Sholah menegaskan aksi teror di Gereja Katedral Makassar hingga serangan ke Mabes Polri merupakan muara dari proses indoktrinasi para pentolan teroris yang tersambung dengan para eksekutor di lapangan. "Di sinilah pentingnya masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap penyebaran nilai atau paham yang mengarah pada radikalisme dan terorisme," ujarnya.

Kemudian, kata dia, para penganutradikalisme ini rata-rata memaknai ajaran agama dengan tafsir kekerasan yang kaku dan intoleran. "Perlunya mengedepankan prinsip wasathiyah, pentingnya menggencarkan gerakan moderasi beragama di masyarakat," katanya mengingatkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement