Kamis 01 Apr 2021 12:10 WIB

Asbanda: Tiga Tantangan BPD di Indonesia

BPD didorong berperan lebih besar dalam pembangunan dan perekonomian daerah.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan melayani nasabah bank. ilustrasi
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Karyawan melayani nasabah bank. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) mengungkapkan terdapat tiga tantangan usaha yang harus dihadapi Bank Pembangunan Daerah (BPD) agar mampu berperan lebih besar dalam pembangunan dan perekonomian daerah. Pertama BPD harus mampu menyentuh open banking dengan memanfaatkan application  programming interface (API).

Ketua Umum Asbanda Supriyatno mengatakan infrastruktur API bisa menjadi hub institusi yang bergerak bidang keuangan.

Baca Juga

"Kalau selama ini kita berkutat pada peningkatan kantor cabang, ke depan harus memanfaatkan application  programming interface (API)," ujarnya berdasarkan data Asbanda seperti dikutip Kamis (1/4).

Tantangan kedua yang harus dihadapi BPD mengenai penguatan kelembagaan dikarenakan pemegang saham BPD menyebar dan lebih kompleks dibandingkan bank BUMN maupun swasta.

"Mayoritas BPD memiliki kepemilikan menyebar. Penerapan GCG diperlukan untuk menghindari agent conflict principal akibat adanya informasi asimetris antara pemegang saham dan agen," ucapnya.

Tantangan ketiga, lanjut Supriyatno, penguatan modal karena mayoritas BPD berada pada BUKU 2 dengan modal inti kurang Rp 3 triliun, sehingga terbatas untuk pengembangan bisnis dan teknologi.

"Salah satu sumber modal yang bisa menjadi tumpuan bagi BPD adalah setoran APBD, namun terkadang dividen yang dibagikan mayoritas paling besar di antara BUMD tidak mencukupi permodalan dari BPD," ucapnya.

Selain itu, Supriyatno juga menyampaikan bahwa penerapan PP Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD perlu ditinjau kembali agar pengaturan BPD tidak disamakan dengan BUMD lainnya Asbanda mencatat selama pandemi Covid-19, kredit BPD tumbuh lebih tinggi dibandingkan bank lainnya yakni 5,09 persen (yoy).

Hal ini sejalan dengan serapan dari program penempatan uang negara (PUN) di BPD sebesar Rp 16,2 triliun telah terserap hingga 2,2 kali dengan total kredit Rp 36,33 triliun. Per September 2020, total aset BPD sebesar Rp 796,45 triliun, tumbuh 11,65 (yoy) dan total kredit BPD sebesar Rp 473,16 triliun, total dana pihak ketiga Rp 646,7 triliun, dan laba bersih Rp 9,8 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement