Sabtu 03 Apr 2021 17:00 WIB

Perempuan Terlibat Serangan Teror tak Mengejutkan

Perempuan ZA dikatakan Polri berideologi ISIS

Rep: Farid M Ibrahim/ Red:
Sejak tahun 2014 saat deklarasi ISIS dengan memanfaatkan media sosial, telah terjadi pergeseran paradigma pergerakan kelompok teroris
Sejak tahun 2014 saat deklarasi ISIS dengan memanfaatkan media sosial, telah terjadi pergeseran paradigma pergerakan kelompok teroris

Pengamat terorisme dari Nanyang Technological University Singapura Noor Huda Ismail mengatakan keterlibatan perempuan dalam dua serangan terorisme di Indonesia pekan ini bukan hal mengejutkan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan perempuan berinisial ZA yang diduga melakukan serangan tembak ke Mabes Polri Rabu kemarin (31/03) "berideologi radikal ISIS".

Pada serangan bom bunuh diri hari Minggu lalu di gereja Makassar, pelakunya juga seorang perempuan bersama suaminya. 

Menurut Noor Huda, sejak tahun 2014 saat deklarasi ISIS dengan memanfaatkan media sosial, telah terjadi pergeseran paradigma pergerakan kelompok teroris.

"Kalau sebelumnya, Al Qaeda itu dunia lelaki. Coba lihat semua pelakunya pasti laki-laki," ujar Noor Huda saat dihubungi wartawan ABC Indonesia Farid M. Ibrahim, Kamis (01/04).

Dia menjelaskan, Al Baghdadi dengan ISIS-nya menjalankan proyek politik, memiliki wilayah sehingga memerlukan adanya penduduk.

Keputusan sejumlah orang untuk untuk hijrah ke khilafah ISIS 2014 pun, menurut Noor Huda, umumnya dilakukan antara suami dan istri karena mereka ingin memboyong seluruh keluarga.

"Tapi karena untuk masuk ke wilayah ISIS semakin susah, muncullah fatwa dari juru bicara kelompok tersebut, Al Adnani," ujar pembuat film yang banyak menampilkan mantan teroris.

Noor Huda menyebutkan, doktrin ISIS yang disampaikan Taha Subhi Falaha, atau dikenal sebagai Muhammad al-Adnani, yaitu, "Kalau kalian tidak bisa datang ke sini, seranglah musuhmu di mana saja. Meski hanya merusak rumput-rumputnya saja, itu sudah cukup bagus. Mau pakai pisau, gunting, apa saja, yang penting merusak musuh-musuh khilafah."

Menurut Noor Huda, doktrin ini tetap beredar melalui platform media sosial, terutama Telegram yang paling banyak digunakan jaringan ISIS.

"Keterlibatan dalam forum di medsos secara tidak langsung memberikan panggung kepada kaum perempuan karena sifat komunikasi yang terjadi lebih horisontal," jelas Visiting Fellow RSiS pada NTU Singapura ini.

"Perempuan yang tadinya bukan siapa-siapa, kemudian merasa mendapatkan kesetaraan dalam bentuk komunikasi media sosial yang tidak lagi vertikal. Laki-laki dan perempuan sama saja, setara saat komunikasi di WA, Telegram, dan lainnya," tambahnya.

Dilaporkan menembak enam kali

Terkait serangan di Mabes Polri, pihak kepolisian menyebutkan di akun Instagram-nya ZA pernah membuat sebuah unggahan terkait ISIS.

"Di dalamnya [Instagram] ada bendera ISIS dan ada tulisan terkait bagaimana perjuangan jihad," jelas Kapolri Jenderal Listyo.

Tak hanya itu, polisi juga mengatakan sebuah surat ditemukan setelah rumahnya digerebek yang berisi permohonan maaf dan pamit kepada keluarganya. 

ZA yang berusia 25 tahun dilaporkan menembak enam kali ke petugas dekat pos masuk ke Mabes sebelum ditembak mati oleh aparat.

Rekaman yang ditayangkan media di Indonesia, termasuk di jejaring sosial, menunjukkan seseorang berkerudung biru dan pakaian hitam memasuki halaman Mabes Polri saat suara tembakan terdengar.

Dia kemudian jatuh ke tanah setelah sebelumnya terdengar banyak tembakan.

Insiden ini terjadi tiga hari setelah sepasang suami istri melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, hari Minggu.

Insiden bom bunuh diri tersebut melukai 20 orang dan dua pelakunya tewas. 

Setelah insiden tersebut sudah 13 orang ditangkap oleh polisi termasuk di Jakarta dan Nusa Tenggara Barat.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement