Rabu 31 Mar 2021 21:46 WIB

Aksi Teror Dilakukan untuk Membuat Ketakutan

Serangan ke Mabes Polro berikan kesan pelaku bisa timbulkan ketakutan publik.

Rep: Antara/Ali Mansur/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah anggota kepolisian berjaga pasca penembakan terduga teroris di kawasan Gedung Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah anggota kepolisian berjaga pasca penembakan terduga teroris di kawasan Gedung Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Centra Initiative dan peneliti Imparsial, Al Araf, mengatakan serangan yang dilakukan kelompok teroris hanya sasaran antara. Ia melihat pada dasarnya aksi teror dilakukan untuk membuat ketakutan yang meluas di kalangan masyarakat.

"Serangan ke Mabes Polri ingin memberikan pesan bahwa markas besar polisi bisa mereka serang untuk menimbulkan ketakutan publik," kata Al Araf dihubungi di Jakarta, Rabu (31/3).

Baca Juga

Dalam konteks tersebut, Al Araf mengatakan masyarakat jangan terbawa pada tujuan kelompok teroris dengan merasa takut. Kelompok teroris harus dilawan dengan tidak merasa takut yang berlebihan.

"Bila publik takut, berarti tujuan mereka menciptakan ketakutan berhasil," ujarnya.

Al Araf mengatakan polisi dan kantor polisi menjadi salah satu sasaran serangan kelompok teroris di Indonesia. Hal itu terbukti dengan beberapa serangan yang dilakukan terhadap anggota polisi, pos polisi, dan kantor polisi.

Penyerangan terhadap polisi di Markas Besar Kepolisian RI pada Rabu sore, menjadi penegasan bahwa polisi dan kantornya menjadi sasaran kelompok teroris. "Hal itu tentu tidak lepas dari kerja Polri selama ini yang melakukan penangkapan terhadap pelaku terorisme dan kelompoknya," katanya pula.

Menurut Al Araf, kelompok teroris menilai polisi adalah musuh mereka, karena menangkap dan membongkar jaringan mereka sehingga menghambat tujuan politik mereka. Sebelumnya, terjadi penyerangan terhadap Mabes Polri di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan pada Rabu sore oleh seseorang yang bersenjata api. Pelaku seorang perempuan kemudian dilumpuhkan oleh polisi dengan tembakan hingga tewas.

Berdasarkan informasi yang diterima Republika, terduga penyerang Mabes Polri adalah seorang mahasiswi berinisial ZA (26 tahun). Namun hingga saat ini pihak kepolisian masih belum bisa dikonfirmasi terkait kebenaran identitas tersebut.

Identitas itu, berupa kartu keanggotaan Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin). ZA kelahiran Jakarta 14 September 1995, golongan darah O, beralamat di Ciracas, Jakarta Timur.

Dari rekaman CCTV yang tersebar di berbagai media sosial seseorang berpakaian hitam dengan hijab biru berjalan masuk ke halaman antara gedung Bareskrim Polri dengan Gedung Rupatama. Hingga saat ini identitas wanita tersebut masih belum dikonfirmasi oleh pihak terkait.

Awalnya wanita itu memeriksa situasi sekitar dan menghampiri pos penjagaan pintu yang sudah lama tidak difungsikan. Tidak berselang lama kemudian, ia melongok ke meja pos penjagaan dan mengeluarkan senjata sembari menodongkan ke petugas jaga. Sontak, sejumlah petugas jaga sempat berhamburan keluar sebelum bersembunyi lagi.

Sempat menjauh dari pos penjagaan sembari tetap menodongkan senjata, wanita tersebut roboh terkena tembakan. Saat ini penjagaan di pintu masuk Mabes Polri diperketat. Semua orang yang ada di luar tidak diperkenankan masuk, begitu juga sebaliknya, termasuk awak media.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement