Rabu 31 Mar 2021 17:39 WIB

Erick Thohir: Kompor Listrik Untungkan Rakyat dan Negara 

Program kompor listrik akan menekan impor elpiji dan menghemat biaya memasak.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Menteri BUMN Erick Thohir saat penandatanganan MoU di kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (31/3).
Foto: Tangkapan layar
Menteri BUMN Erick Thohir saat penandatanganan MoU di kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menggerakan program kompor listrik dalam menekan impor elpiji. Hal ini dikatakan Erick saat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dengan BUMN karya dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (31/3).

Erick menilai penggunaan kompor listrik akan memberikan banyak manfaat bagi negara dan juga masyarakat.

"Kalau 15 juta kompor listrik terpakai ini penghematan luar biasa dalam menekan impor elpiji. Rakyat diuntungkan, yang rata-rata biaya memasak di rumah Rp 147 ribu per bulan, dengan kompor listrik jadi Rp 118 ribu per bulan atau hemat 20 persen," ujar Erick.

Erick optimistis program penggunaan kompor listrik akan berjalan dengan baik, terlebih adanya dukungan dari Kementerian PUPR dan BUMN Karya yang memastikan seluruh pembangunan rumah dan apartemen dilengkapi lengkapi dengan fasilitas kompor listrik. Erick menilai konversi dari kompor elpiji ke kompor listrik bukan hal yang mustahil terwujud. Hal ini tak jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya di mana elpiji hadir menggantikan minyak tanah.

"Ini percepatan penekanan impor yang kita harapkan dalam lima tahun ke depan. Kita harapkan terjadi penghematan luar biasa yang sekarang hampir Rp 60 triliun bisa kita gunakan untuk kesejahteraan masyarakat," ucap Erick.

Erick menyampaikan program kompor listrik juga bagian dari transformasi BUMN dalam mewujudkan ketahanan energi, ketahanan pangan, dan ketahanan kesehatan. Erick mengatakan program kompor listrik mengikuti transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN sebelumnya yang telah membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC).

"Kita tidak mau hanya jadi market tapi jadi bagian perubahan zaman dan kita salah satu tulang punggung apalagi nikel paling besar di dunia," ungkap Erick.

Erick mengatakan mobil listrik terbukti jauh lebih hemat ketimbang mobil berbahan bakar bensin. Erick mengambil contoh penggunaan mobil bensin seharga Rp 1,1 juta untuk rute Jakarta-Bali. Sementara saat menggunakan mobil listrik hanya menghabiskan biaya sebesar Rp 250 ribu.

"Ini ketahanan pangan yang dilakukan pemerintah untuk menguntungkan rakyat, rakyatnya harus menjadi bagian program ini agar sukses. Setelah kemarin kita beranikan diri (bentuk IBC), sekarang bagaimana kompor listrik ini sama juga di ketahanan energi," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement